Munculnya banyak pesaing baru dengan daya saing yang tinggi di industri konstruksi membuat bertambahnya tantangan yang cukup kompleks. Teknologi yang semakin canggih kini menjadi bagian dari basis penguatan daya saing dalam berbagai bisnis. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi tak hanya membawa dampak positif, namun juga ada potensi resiko didalamnya. Abipraya menyadari bahwa pentingnya penguatan penerapan manajemen risiko untuk menghadapi era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity).
Sebagai upaya memperkuat prinsip manajemen risiko di Perusahaan, Brantas Abipraya menggelar Executive Briefing: Menciptakan Budaya Risiko untuk Mendukung dan Mencapai Tujuan Perusahaan (21/9). Diakan secara virtual zoom, acara ini dibuka oleh Herman Dwi Haryanto selaku Senior Manager Pengembangan Bisnis Brantas Abipraya; keynote speech oleh Suradi, Direktur Keuangan, SDM dan Manajemen Risiko Brantas Abipraya dengan narasumber Khalawi Abdul Hamid yang merupakan Komisaris Brantas Abipraya.
Prinsip manajemen risiko sudah Brantas Abipraya terapkan dalam menjalankan proses bisnis. Penerapan ini dilakukan berlandaskan ISO 31000:2018 yang telah dikantongi tahun 2021 dan didukung dengan Governance, Risk and Compliance (GRC) untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan perilaku berdasarkan etika Perusahaan.
Brantas Abipraya akan terus melakukan sosialisasi dan internalisasi manajemen risiko kepada seluruh jajaran Insan Abipraya agar tercipta kesetaraan pemanahaman mengenai pentingnya implementasi manajemen risiko dan mempertimbangkan risiko dalam setiap pengambilan keputusan.