PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) meyakini target pertumbuhan kredit pada tahun ini mampu mencapai kisaran 9 – 11 persen. Hal ini didorong oleh peningkatan laju pembiayaan di segmen mikro dan ultra mikro.
Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu mengatakan bahwa perseroan sejak awal tahun sudah menetapkan target pertumbuhan kredit di rentang 9 – 11 persen year-on-year (yoy). Melihat pencapaian hingga paruh pertama tahun ini, BRI optimistis target tersebut dapat tercapai.
Hingga semester I/2022, BRI menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp1.104,79 triliun, tumbuh 8,75 persen yoy. Hampir seluruh segmen pinjaman mengalami pertumbuhan positif. Kredit ke segmen mikro, misalnya, tembus Rp518,76 triliun atau naik 15,07 persen yoy
Sementara itu, penyaluran kredit ke segmen konsumer naik 5,27 persen, segmen korporasi tumbuh 3,76 persen, serta segmen kecil dan menengah naik 2,71 persen. Adapun, kredit UMKM BRI mengalami pertumbuhan 9,81 persen yoy menjadi Rp920 triliun per Juni 2022.
“Poros penggerak pertumbuhan kredit BRI secara konsolidasi ini masih akan berasal dari segmen mikro dan ultra mikro, terutama dengan dikonsolidasikan PT Pegadaian dan PNM [Permodalan Nasional Madani] di BRI,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (27/7/2022).
Vivana menyatakan emiten bank berkode saham BBRI tersebut akan tetap berhati-hati dalam mencapai target pertumbuhan kredit tahun ini. Dia mengatakan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BBRI akan dijaga di kisaran 2,8 persen hingga 3 persen.
“Pada saat ini kami masih juga berhati-hati terutama terkait dengan kredit yang direstrukturisasi akibat Covid-19. Namun, kami juga optimistis sampai akhir tahun NPL BRI masih akan di antara 2,8 persen hingga 3 persen,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan kemampuan BRI dalam menyalurkan kredit diimbangi dengan manajemen risiko yang baik. Tercermin dari NPL BRI secara konsolidasian yang terkendali di level 3,26 persen pada semester I/2022.
Di sisi lain, BRI juga menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit. NPL Coverage perseroan tercatat sebesar 266,26 persen di akhir kuartal II/2022, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 252,59 persen.
Sunarso menyebutkan upaya BRI dalam menjaga NPL dilakukan melalui selective growth. Strategi ini akan berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi kuat serta eksposur minimum terhadap gejolak ekonomi, seperti pertanian, industri bahan kimia, serta makanan dan minuman.
“Upaya lain yang dilakukan BRI untuk menjaga NPL yakni selektif dalam menentukan kelayakan nasabah restrukturisasi dengan mempertimbangkan kondisi dan potensi bisnis nasabah, serta menerapkan soft landing strategy dengan menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi terjadinya pemburukan kualitas kredit nasabah restrukturisasi,” tuturnya.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, BRI berhasil membukukan laba bersih tahun berjalan secara konsolidasian sebesar Rp24,87 triliun. Jumlah laba BRI ini melesat 98 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp12,53 triliun. Adapun, pertumbuhan laba ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga yang menjadi sebesar Rp76,86 triliun. Pendapatan ini tumbuh 10 persen (yoy) dari Rp69,95 triliun pada posisi Juni 2021.
Sumber Bisnis, edit koranbumn