PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI memperoleh dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.307,88 triliun sepanjang 2022, naik 14,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa pendorong pertumbuhan pendanaan di BRI adalah current account savings account (CASA) atau dana murah. “CASA ini melesat jadi pendorong pendanaan. Porsi CASA di BRI mencapai 66,7 persen,” katanya dalam paparan kinerja BRI 2022 pada Rabu (8/2/2023).
Raupan dana murah yakni giro dan tabungan di BRI itu mencapai Rp872,4 triliun atau tumbuh 21,5 persen yoy. Bila dirinci, secara persentase, giro tumbuh paling kencang yakni 58,6 persen, kemudian diikuti oleh tabungan 5,0 persen yoy.
Sementara, pertumbuhan CASA di BRI itu membuat biaya dana atau cost of fund di BRI semakin menipis, dari 2,36 persen pada 2021 menjadi 2,06 persen pada 2022.
Sunarso mengatakan bahwa menyusutnya cost of fund itu membuat perseroan semakin efisien. Sementara, efisiensi menjadi salah satu kunci BRI dalam meraup laba.
BBRI sendiri telah membukukan laba bersih Rp51,4 triliun sepanjang 2022, atau melesat 67,15 persen yoy.
Sebelumnya, Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa pada 2022 BRI memang menjalankan strategi untuk terus memperbesar porsi dana murah agar biaya dana semakin tipis. Selain itu, strategi ini dilakukan BRI di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia yang tinggi.
“Harapannya dengan makin murahnya biaya dana maka BRI dapat memberikan suku bunga pinjaman yang kompetitif kepada masyarakat,” ujarnya kepada Bisnis.
Bank Indonesia memang telah menaikan suku bunga acuannya sejak Agustus 2022 hingga bulan lalu secara beruntun. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini, Bank Indonesia telah memutuskan untuk kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.
Sumber Bisnis, edit koranbumn