Jakarta Utara rupanya masih menyimpan lahan pertanian yang subur. Meskipun terus mengecil, setidaknya lahan tersebut masih menjadi ladang rezeki bagi warga sekitar. Saat ini ada sekitar 360 hektare (ha) lahan pertanian yang bisa digarap warga.
Berbekal itu maka BRI Unit Rorotan melihat ada potensi untuk mengembangkan kesejahteraan para petani. Melalui kartu tani dari pemerintah sebanyak 250 kartu BRI untuk para petani, BRI Unit Rorotan mulai juga membantu para petani.
Asal tahu saja kartu tani berbentuk seperti kartu ATM. Kartu tersebut hanya bisa dicairkan di agen distribusi pupuk bersubsidi.
Heri Santoso Kepala Unit BRI Rorotan, Jakarta Utara mengatakan lahan yang digarap para petani tersebut memang bukan milik pribadi melainkan milik perusahaan swasta dan juga Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Jakarta Propertindo, BUMD Jakarta.
Meski demikian, lahan pertanian tersebut sejauh ini belum digunakan sehingga bisa digunakan oleh para petani untuk menanam padi. “Ada sekitar 360 hektare di sana. Saya saja kaget ada lahan pertanian di Jakarta,” kata dia
Heri mengatakan, dengan jumlah pertani sebanyak 250 itu kemudian BRI masuk bersama Badan Penyuluhan Pertanian Pemda DKI Jakarta. Dari hasil pertemuan dengan kelompok tani dan juga pihak Pemda DKI Jakarta, diketahui bahwa para petani selama ini belum menerapkan proses produksi yang bernilai tambah.
“Mereka begitu produksi gabah yang langsung jual ke tengkulak, begitu seterusnya. Kami datang untuk memberitahu bahwa gabah bisa dijadikan beras dan dikemas,” kata Heri.
Tak berpikir panjang, Heri pun menjadi mentor para petani agar kehidupan petani di pinggiran Jakarta ini menjadi lebih sejahtera. Caranya dengan memberikan bantuan modal yang disesuaikan dengan pola musim panen.
“Kami berikan pinjaman dan bayarnya setelah panen. Jadi enam bulan mereka baru bayar karena panen setiap enam bulan,” terang dia.
Heri menjelaskan, dengan pinjaman UMi atau Ultra Mikro tersebut mereka sangat terbantu karena mereka bisa mendapatkan modal dalam proses produksi tanpa terbebani setiap bulan. Bukan hanya itu, pihak BRI juga memberikan penyuluhan dan pelatihan, bahkan membuka pasar para petani.
“Kami punya nasabah agen beras besar seperti Sumber Rezeki, kami bukakan pasar kesana. Soal kemasan, kami minta ke nasabah yang biasa membuat kemasan. Jadi, kami berusaha membuat ekosistem di setiap sektor usaha,” terang dia.
Ia menjelaskan, saat ini para petani sudah mendapatkan pinjaman dari BRI dengan kisaran Rp 6 juta sampai Rp 15 juta sesuai dengan lahan garapan mereka. Sebab biasanya ongkos produksi untuk menggarap padi sampai bisa ditanam bisa mencapai Rp 6 juta per hektare (ha).
Saat ini yang menjadi konsen BRI Rorotan adalah membuat petani agarĀ cost productionĀ tidak lagi tinggi. Caranya dengan memberikan pengetahuan soal alat atau teknologi saat memanen tanpa bantuan tenaga manusia yang tentu saja ongkosnya mahal.
“Kami baru memberikan bantuan alat memisahkan batang dengan kulit padi ke kelompok tani. Kalau yang mesin panen itu memang mahal lebih dari Rp 100 juta, tentu bertahap nanti,” imbuhnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn