Aksi akuisisi ditambah penerapan aplikasi teknologi baru berpotensi menopang pertumbuhan kinerja keuangan PT Kimia Farma (Tbk (KAEF) ke depan. Sedangkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi menaikkan biaya produksi perseroan
Oso Sekuritas menargetkan kenaikan laba bersih Kimia Farma menjadi Rp 484 miliar pada 2018 dan senilai Rp 531 miliar pada 2019, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 331 miliar. Penjualan perseroan juga diproyeksikasn meningkat pada 2018 dan 2019 masing-masingRp 6,95 triliun dan Rp 7,72 triliun dibandingkan perolehan tahun 2017 sebesar Rp 6,23 triliun
Perseroan sebelumnya telah menuntaskan akuisisi sebanyak 60% saham Dawaa Medical Limited Company, yaitu perusahaan asal Arab Saudi, melalui penyertaan modal sebesar Arab Saudi Riyal (SAR) 38 juta atau setara dengan Rp 139,38 miliar. Akuisisi ini memungkinkan perseroan menambah apotik di Mekkah dan Jeddah maupun Madinah melalui Dawaa
“Kepemilikan saham perseroan di perusahaan tersebut berpeluang untuk mempercepat ekspansi perseroan guna mengembangkan sebanyak 90 outlet apotik dalam kurun waktu dua tahun mendatang. Hingga kini, perseroan telah memiliki sebanyak 31 outlet di negara tersebut,” tulis tim OSO Sekuritas dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, belum lama ini
Selain faktor tersebut, tim riset OSO Sekuritas menyebutkan, keputusan perseroan menuju ranah digital dengan menerapkan teknologi Internet of Things(IoT) dalam proses produksi obat di pabrik hingga membuat aplikasi untuk mengontrol proses distribusi sampai outlet riteb bisa berdampak positif bagi perseroan. Aplikasi ini ditargetkan sudah diterapkan pada semua outlet Kimia Farma pada kuartal IV-2018. “Aplikasi ini diharapkan membuat perseroan lebih murah untuk memantau outlet ritelnya,” terang tim riset OSO Sekuritas
Kedua faktor tersebut mendorong OSO Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi hold saham KAEF dengan target harga Rp 2.505. Target harga tersebut juga merefleksikan PE 2018 sekitar 25 kali. Target harga tersebut juga sesuai dengan harga wajar saham produsen obat tersebut. Target tersebut juga mempertimbangkan proyeksi berlanjutnya kinerja keuangan perseroan ke depan
Hingga akhir Juli 2018, perseroan telah memiliki sebanyak 1.000 gerai apotek, sebanyak 522 klinik kesehatan dan 10 apotek. Sedangkan target penambahan gerai baru tahun ini sebanyak 200 unit dibandingkan realisasi hingga Juli 2018 sebanyak 105 gerai
Perseroan juga berhasil membukukan kenaikan penjualan sebesar 29% menjadi Rp 3,4 triliun. Mayoritas pendapatan disumbangkan segmen pharmaecutical retailing mencapai Rp 1,92 triliun atau setara dengan 56% dari total pendapatan. Penyumbang lainnya segmen pharmaceutical wholesale senilai Rp 1,2 triliun atau berkontribusi sekitar 38%
Pelemanah Rupiah
Terkait dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), OSO Sekuritas menyebutkan, perseroan telah menerapkan strategi pembelian bahan baku dengan jangka waktu lama untuk persediaan selama dua tahun. Langkah dinilai efektif untuk mengurangi dampak negatig fluktuasi kurs terhadap beban operasional perseroan. “Langkah tersebut diharapkan mengurangi dampak negatif pelemahan rupiah terhadap kinerja keuangan perseroan,” terangnya
Sebelumnya, Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir, Kimia Farma menargetkan akuisisi 1-2 perusahaan pada semester II-2018. Perusahaan yang bakal diakuisisi bergerak di bidang farmasi dan rumah sakit. Perseroan tetap memfokuskan pertumbuhan anorganik tahun ini dengan mengakuisisi rumah sakit dan perusahaan farmasi
Hingga kini, perseroan sedang melakukan pembicaraan akuisisi dengan tiga rumah sakit dan satu perusahaan farmasi. Perseroan tertarik untuk mengakuisisi rumah sakit umum guna mendukung keinginan perseroan untuk menjadikan rumah sakit tersebut dapat memfasilitasi pelayanan peserta dari program BPJS
“Kami memperkirakan harga akuisisi ketiga rumah sakit yang sedang diincar berkisar Rp 300-500 miliar. Namun karena negosiasi belum final, prediksi itu bisa saja berubah,” ujarnya
Meski demikian, dia mengakui perseroan menganggarkan investasi anorganis sebesar Rp 2,3 triliun tahun ini. Dana tersebut dimasukkan dalam anggaran belanja modal (capital expenditure) senilai Rp 3,5 triliun pada 2018. “Dengan dana anorganik tahun ini, kami coba memfinalisasi akuisisi perusahaan farmasi dan rumah sakit. Ya menurut saya, mungkin kami minimal mencoba akuisisi 1-2 dari empat perusahaan yang sedang dijajaki,” kata tia
Di samping mengincar peruashaan farmasi dan rumah sakit, Kimia Farma menginvar akuisisi perusahaan kosmetik dan alat kesehatan. Direktur Keuangan Kimia Farma IGN Suharta Wijaya mengakui, perseroan juga masih terus memproses akuisisi perusahaan kedua sektor tersebut
“Hanya saja, kami berharap minimal sudah ada sebagian, yakni mungkin rumah sakit dan farmasi yang terealisasi pada semester II-2018. Khusus rumah sakit, kami fokus mengincar bisnis tersebut karena itu yang belum ada dalam ekosistem bisnis Kimia Farma,” tegas Suharta
Terkait rumah sakit, Honesti juga mengakui perseroan dalam kajian untuk rencana mendirikan rumah sakit di Arab Saudi. Namun ia belum dapat memberikan informasi lebih lanjut. “Intinya, soal itu perseroan berniat melakukan sinergi dengan BUMN lain,” papar dia
Lebih lanjut, ia mengungkapkan di luar aksi akuisisi perusahaan sudah merealisasikan penambahan 10 gerai farmasi sampai kuartal I-2018. Honesti optimistis, sebelum akhir tahun ini dapat merealisasikan penambahan sebanyak 200 gerai
Selain berkomitmen mengembangkan jaringan ritel office, Kimia Farma bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) untuk meluncurkan dan mengembangkan online store . Berdasarkan pembicaraan kami dan Telkom akan sharing revenue terkait online store,” ujar dia
Sumber Kimia Farma
Oso Sekuritas menargetkan kenaikan laba bersih Kimia Farma menjadi Rp 484 miliar pada 2018 dan senilai Rp 531 miliar pada 2019, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 331 miliar. Penjualan perseroan juga diproyeksikasn meningkat pada 2018 dan 2019 masing-masingRp 6,95 triliun dan Rp 7,72 triliun dibandingkan perolehan tahun 2017 sebesar Rp 6,23 triliun
Perseroan sebelumnya telah menuntaskan akuisisi sebanyak 60% saham Dawaa Medical Limited Company, yaitu perusahaan asal Arab Saudi, melalui penyertaan modal sebesar Arab Saudi Riyal (SAR) 38 juta atau setara dengan Rp 139,38 miliar. Akuisisi ini memungkinkan perseroan menambah apotik di Mekkah dan Jeddah maupun Madinah melalui Dawaa
“Kepemilikan saham perseroan di perusahaan tersebut berpeluang untuk mempercepat ekspansi perseroan guna mengembangkan sebanyak 90 outlet apotik dalam kurun waktu dua tahun mendatang. Hingga kini, perseroan telah memiliki sebanyak 31 outlet di negara tersebut,” tulis tim OSO Sekuritas dalam riset yang diterbitkan di Jakarta, belum lama ini
Selain faktor tersebut, tim riset OSO Sekuritas menyebutkan, keputusan perseroan menuju ranah digital dengan menerapkan teknologi Internet of Things(IoT) dalam proses produksi obat di pabrik hingga membuat aplikasi untuk mengontrol proses distribusi sampai outlet riteb bisa berdampak positif bagi perseroan. Aplikasi ini ditargetkan sudah diterapkan pada semua outlet Kimia Farma pada kuartal IV-2018. “Aplikasi ini diharapkan membuat perseroan lebih murah untuk memantau outlet ritelnya,” terang tim riset OSO Sekuritas
Kedua faktor tersebut mendorong OSO Sekuritas untuk mempertahankan rekomendasi hold saham KAEF dengan target harga Rp 2.505. Target harga tersebut juga merefleksikan PE 2018 sekitar 25 kali. Target harga tersebut juga sesuai dengan harga wajar saham produsen obat tersebut. Target tersebut juga mempertimbangkan proyeksi berlanjutnya kinerja keuangan perseroan ke depan
Hingga akhir Juli 2018, perseroan telah memiliki sebanyak 1.000 gerai apotek, sebanyak 522 klinik kesehatan dan 10 apotek. Sedangkan target penambahan gerai baru tahun ini sebanyak 200 unit dibandingkan realisasi hingga Juli 2018 sebanyak 105 gerai
Perseroan juga berhasil membukukan kenaikan penjualan sebesar 29% menjadi Rp 3,4 triliun. Mayoritas pendapatan disumbangkan segmen pharmaecutical retailing mencapai Rp 1,92 triliun atau setara dengan 56% dari total pendapatan. Penyumbang lainnya segmen pharmaceutical wholesale senilai Rp 1,2 triliun atau berkontribusi sekitar 38%
Pelemanah Rupiah
Terkait dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS), OSO Sekuritas menyebutkan, perseroan telah menerapkan strategi pembelian bahan baku dengan jangka waktu lama untuk persediaan selama dua tahun. Langkah dinilai efektif untuk mengurangi dampak negatig fluktuasi kurs terhadap beban operasional perseroan. “Langkah tersebut diharapkan mengurangi dampak negatif pelemahan rupiah terhadap kinerja keuangan perseroan,” terangnya
Sebelumnya, Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir, Kimia Farma menargetkan akuisisi 1-2 perusahaan pada semester II-2018. Perusahaan yang bakal diakuisisi bergerak di bidang farmasi dan rumah sakit. Perseroan tetap memfokuskan pertumbuhan anorganik tahun ini dengan mengakuisisi rumah sakit dan perusahaan farmasi
Hingga kini, perseroan sedang melakukan pembicaraan akuisisi dengan tiga rumah sakit dan satu perusahaan farmasi. Perseroan tertarik untuk mengakuisisi rumah sakit umum guna mendukung keinginan perseroan untuk menjadikan rumah sakit tersebut dapat memfasilitasi pelayanan peserta dari program BPJS
“Kami memperkirakan harga akuisisi ketiga rumah sakit yang sedang diincar berkisar Rp 300-500 miliar. Namun karena negosiasi belum final, prediksi itu bisa saja berubah,” ujarnya
Meski demikian, dia mengakui perseroan menganggarkan investasi anorganis sebesar Rp 2,3 triliun tahun ini. Dana tersebut dimasukkan dalam anggaran belanja modal (capital expenditure) senilai Rp 3,5 triliun pada 2018. “Dengan dana anorganik tahun ini, kami coba memfinalisasi akuisisi perusahaan farmasi dan rumah sakit. Ya menurut saya, mungkin kami minimal mencoba akuisisi 1-2 dari empat perusahaan yang sedang dijajaki,” kata tia
Di samping mengincar peruashaan farmasi dan rumah sakit, Kimia Farma menginvar akuisisi perusahaan kosmetik dan alat kesehatan. Direktur Keuangan Kimia Farma IGN Suharta Wijaya mengakui, perseroan juga masih terus memproses akuisisi perusahaan kedua sektor tersebut
“Hanya saja, kami berharap minimal sudah ada sebagian, yakni mungkin rumah sakit dan farmasi yang terealisasi pada semester II-2018. Khusus rumah sakit, kami fokus mengincar bisnis tersebut karena itu yang belum ada dalam ekosistem bisnis Kimia Farma,” tegas Suharta
Terkait rumah sakit, Honesti juga mengakui perseroan dalam kajian untuk rencana mendirikan rumah sakit di Arab Saudi. Namun ia belum dapat memberikan informasi lebih lanjut. “Intinya, soal itu perseroan berniat melakukan sinergi dengan BUMN lain,” papar dia
Lebih lanjut, ia mengungkapkan di luar aksi akuisisi perusahaan sudah merealisasikan penambahan 10 gerai farmasi sampai kuartal I-2018. Honesti optimistis, sebelum akhir tahun ini dapat merealisasikan penambahan sebanyak 200 gerai
Selain berkomitmen mengembangkan jaringan ritel office, Kimia Farma bekerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) untuk meluncurkan dan mengembangkan online store . Berdasarkan pembicaraan kami dan Telkom akan sharing revenue terkait online store,” ujar dia
Sumber Kimia Farma