“Krakatau Steel akan segera finalisasi. Bongkar habis, tidak pernah untung, tidak pernah bagus, tidak pernah efisien. Dia [KRAS] punya banyak persoalan dari investasi,” ujarnya di Wisma Danantara, Jumat (31/10/2025).
Padahal, KRAS dinilai memiliki potensi signifikan di industri baja berkat fasilitas produksi yang lengkap dari hulu ke hilir, termasuk unit pengolahan air, pembangkit listrik, dan pelabuhan yang mendukung distribusi skala besar.
“Itu pelabuhan paling dalam di Indonesia. Jadi kapal yang sangat besar bisa sandar. Itu enggak dimiliki bahkan di Indonesia tempat lain,” ucap Rohan.
Sebelumnya, Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia Dony Oskaria menuturkan bahwa penyelamatan Krakatau Steel akan dilakukan dalam waktu dekat, mengingat adanya persoalan utang yang membayangi perseroan.
“[Ada] penyelesaian problematika di Krakatau Steel. Ini juga masalah, lihat bukunya dan ini punya problem juga,” pungkas Dony saat ditemui di kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Senin (29/9/2025).
Dalam perkembangan lain, Krakatau Steel juga telah meminta bantuan Danantara untuk menginjeksi modal US$500 juta atau sekitar Rp8,3 triliun. Bantuan ini nantinya berstatus pinjaman alias shareholder loan.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Krakatau Steel Daniel Fitzgerald Liman mengungkapkan bahwa pengajuan bantuan modal telah dilakukan sejak Juni 2025 dan diharapkan dapat terealisasi sebelum akhir tahun.
“Harapan kami dana segar ini segera cair sebelum Desember 2025, sehingga pada tahun depan kami bisa meningkatkan produktivitas pabrik,” ujar Daniel dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (30/9/2025).
Adapun, bantuan modal kerja diperlukan untuk menyelamatkan operasional sekaligus memenuhi kebutuhan bahan baku bagi keberlanjutan industri baja.
Di sisi lain, KRAS telah mampu mencatat kinerja positif hingga kuartal III/2025 dengan meraih laba bersih sebesar US$22,17 juta. Capaian ini berbalik dari posisi rugi US$185,22 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan akhir September 2025, KRAS membukukan pendapatan usaha US$706,08 juta. Jumlah itu meningkat 7,39% secara tahunan (year on year/YoY) dari raihan sebelumnya US$657,52 juta.
Pendapatan emiten baja pelat merah ini dikontribusikan oleh produk baja senilai US$570, 36 juta, diikuti segmen sarana infrastruktur sebesar US$171,57 juta, serta segmen rekayasa dan konstruksi senilai US$11,86 juta. Total pendapatan usaha ini kemudian dikurangi biaya eliminasi sebesar US$47,72 juta.
Namun, beban pokok penjualan KRAS meningkat 10,07% YoY menjadi US$652,97 juta. Hal ini membuat kotor perseroan turun 17,38% ke US$53,12 juta.
Meski margin kotor menipis, efisiensi dan perbaikan struktur keuangan membuat perseroan mampu membalikkan kerugian menjadi laba. Salah satunya didorong oleh pos laba atas penyelesaian kewajiban dipercepat dengan keringanan atas utang restrukturisasi yang mencapai US$156,74 juta.
Sumber Bisnis, edit koranbumn















