PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) mencatatkan pendapatan sebesar Rp523,22 miliar naik 0,26 persen dibandingkan dengan 2018 sebesar Rp521,84 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan naiknya pendapatan ditopang oleh pelayanan jasa terminal yang memiliki kontribusi sebesar 93,20 persen terhadap total pendapatan sebesar Rp487,64 miliar.
Segmen pelayanan rupa-rupa usaha dan pengusahaan tanah, bangunan, air, dan listrik yang berkontribusi masing-masing menjadi Rp4,45 miliar dan Rp2,80 miliar sepanjang 2019.
Di sisi lain, perolehan pendapatan dari pelayanan jasa barang menghasilkan Rp28,33 miliar. Kontribusi segmen ini turun menjadi 5,42 persen karena masih rendahnya kontribusi dari pendapatan kargo alat berat dan spareparts di Terminal Internasional.
Sementara itu, beban pokok pendapatan sepanjang 2019 mengalami kenaikan 12,41 persen menjadi Rp305,58 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp271,84 miliar. Kenaikan beban ini ditopang oleh sub beban Tenaga Kerja dengan total Rp102,02 miliar atau naik 15,20 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp88,56 miliar.
Hal ini menyebabkan laba bersih Rp135,30 miliar turun 20,50 persen bila dibandingkan dengan perolehan 2018 sebesar Rp170,19 miliar. Begitupun dengan angka EBITDA yang terlihat lebih rendah 19,78 persen menjadi Rp155,92 miliar dibandingkan Rp194,37 miliar pada 2018.
Meski demikian, Direktur Utama IPCC Ade Hartono mengatakan perseroan dapat menjaga angka rasio marjin. Operating margin tercatat sebesar 24,8 persen, net margin sebesar 25,9 persen dan EBITDA margin sebesar 29,8 persen. Di sisi lain, angka return on equity tercatat 12,61 persen dan return on asser sebesar 10,70 persen.
Menurutnya arus bongkar muat untuk jenis alat berat mengalami penurunan di terminal internasional, tetapi pertumbuhan arus bongkar muat untuk CBU baik internasional dan domestik yang masih tinggi mampu mensubsitusi penurunan dari segmen alat berat.
“Volume Ekspor-Impor alat berat memang turun 40,89 persen. Namun, untuk ekspor impor CBU naik 18,44 persen, volume CBU domestik juga naik 115,58 persen. Jadi karena porsi CBU paling besar terhadap pendapatan, kami masih membukukan kenaikan tipis pada pendapatan”, ungkap Ade pada siaran resmi Jumat (22/5).
Ade mengatakan penurunan kinerja sepanjang 2019 seiring imbas belum sepenuhnya pulih industri komoditas, infrastruktur, maupun perkebunan dimana pada kondisi normal dapat memberikan kontribusi yang sangat besar dengan adanya penumpukan alat berat. Namun, perseroan masih dapat memberikan kinerja yang positif.
“Di tahun 2020 ini selain dari rencana pengembangan, diantaranya implementasi Automatic Gate System IPC Car Terminal, kerjasama dengan para PBM, tindak lanjut pengoperasioan Pelabuhan Patimban, dan lainnya kami juga sangat fokus untuk melakukan efisiensi pada biaya dimana mulai tahun ini kami sudah mulai menerapkan modul budget control di sistem keuangan, sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan akan terkelola dengan baik” tambah Ade.
Ade mengatakan tahun ini tentu menjadi tahun yang berat dengan adanya pandemi Covid-19 yang dipastikan akan menggerus pertumbuhan ekonomi cukup signifikan baik ekonomi domestik dan global.
Dia menambahkan pada kuartal I/2020 , IPCC masih membukukan pertumbuhan volume arus bongkar muat untuk ekspor impor di CBU. Arus bongkar muat untuk domestik baik CBU dan Alat Berat masih dalam tren kenaikan yang besar.
“Kalau melihat performa segmen CBU masih bisa tumbuh sampai kuartal I 2020, dan besaran penurunan di alat berat yang lebih rendah, kami berharap bisa mempertahankan performa kami, sehingga potensi dari usaha efisiensi biaya yang telah kami lakukan akan memberikan peningkatan kualitas pada kinerja kami”, tutup Ade.
Sumber Bisnis, edit koranbumn