Melemahnya rupiah belakangan ini turut menjadi perhatian tersendiri bagi perusahaan yang bergerak di industri pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (DI).
Berdasarkan keterangan Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia, Irzal Rinaldi, ia mengatakan DI cukup beruntung karena transaksi lebih banyak menggunakan dolar Amerika Serikat (USD) melalui sistem Kredit Swasta Asing (KSA).
Namun tidak sedikit juga PT DI lakukan kontrak menggunakan mata uang rupiah, yang saat ini sedang melemah.
Irzal menyebut akan melakukan negosiasi ulang terhadap kontrak yang ada, karena banyak komponen yang masih bergantung dari impor.
“Jadi bisa dibilang secara cash flow perusahaan tetap berjalan, cuma untuk tetap menjaga performance artinya untuk beberapa kontrak yang sifatnya menggunakan rupiah itu kita harus melakukan negoisasi ulang. Untuk menjaga. Karena komponen impor kita sangat tinggi. Karena tidak ada industri hulu kita yang bisa mengadakan komponen kita. Ini kita harus belanja USD,” ujarnya di Mako Ditpoludara Korpolairud Baharkam Polri, Pondok Cabe, Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat (7/9/2018).
Irzal juga menjelaskan strategi niaga PT DI untuk menghadapi pelemahan rupiah, salah satunya adalah dengan mengatur waktu belanja.
“Nomor satu rupiah tiba-tiba terdepresiasi sangat dalam di luar dugaan banyak orang. Kita sudah atur timing, proses belanja kita sudah kita schedule kan dan kita pembayaran kan kebanyakan melalui letter of credit. Otomatis kan akan di drop down saat barang sudah diterima,” ujarnya.
“Nah untuk kontrak yang lama di mana kita sudah lakukan lindung nilai, saya rasa itu aman. Tapi untuk kontrak-kontrak yang efektifnya pada masa sekarang, itu yang kita harus lakukan negoisasi ulang,” tutupnya.
Sumber Situs Web PTDI/tribunnews.com
Berdasarkan keterangan Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia, Irzal Rinaldi, ia mengatakan DI cukup beruntung karena transaksi lebih banyak menggunakan dolar Amerika Serikat (USD) melalui sistem Kredit Swasta Asing (KSA).
Namun tidak sedikit juga PT DI lakukan kontrak menggunakan mata uang rupiah, yang saat ini sedang melemah.
Irzal menyebut akan melakukan negosiasi ulang terhadap kontrak yang ada, karena banyak komponen yang masih bergantung dari impor.
“Jadi bisa dibilang secara cash flow perusahaan tetap berjalan, cuma untuk tetap menjaga performance artinya untuk beberapa kontrak yang sifatnya menggunakan rupiah itu kita harus melakukan negoisasi ulang. Untuk menjaga. Karena komponen impor kita sangat tinggi. Karena tidak ada industri hulu kita yang bisa mengadakan komponen kita. Ini kita harus belanja USD,” ujarnya di Mako Ditpoludara Korpolairud Baharkam Polri, Pondok Cabe, Tangerang Selatan (Tangsel), Jumat (7/9/2018).
Irzal juga menjelaskan strategi niaga PT DI untuk menghadapi pelemahan rupiah, salah satunya adalah dengan mengatur waktu belanja.
“Nomor satu rupiah tiba-tiba terdepresiasi sangat dalam di luar dugaan banyak orang. Kita sudah atur timing, proses belanja kita sudah kita schedule kan dan kita pembayaran kan kebanyakan melalui letter of credit. Otomatis kan akan di drop down saat barang sudah diterima,” ujarnya.
“Nah untuk kontrak yang lama di mana kita sudah lakukan lindung nilai, saya rasa itu aman. Tapi untuk kontrak-kontrak yang efektifnya pada masa sekarang, itu yang kita harus lakukan negoisasi ulang,” tutupnya.
Sumber Situs Web PTDI/tribunnews.com