Hingga 17 Mei 2020, Perum Bulog masih memiliki stok beras sebanyak 1,44 juta ton. Beras tersebut terdiri atas beras cadangan pemerintah CBP sebesar 1,33 juta ton dan komersial sebanyak 107.079 ton.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh, mengatakan, angka tersebut sesuai dengan angka yang ditugaskan pemerintah, dimana Bulog diminta menjaga stok sekitar 1 juta ton hingga 1,5 juta ton. Dia pun memastikan, beras tersedia di seluruh wilayah.
“Stok beras sudah tersebar di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke,” ujar Tri dalam video conference, Senin (18/5).
Tri menjelaskan, ada beberapa wilayah yang memiliki stok beras yang cukup besar. Wilayah dengan stok paling besar ada di Jawa Timur dengan stok 367.984 ton, di DKI Jakarta dan Banten sebesar 291.178 ton, di Jawa Barat sebesar 230.852 ton, di Jawa Tengah 94.354 ton, Sulselbar sebesar 69.121 ton dan NTB sebear 50.331 ton.
Menurut Tri, saat ini pihaknya pun terus melakukan penyerapan beras di sentra produksi beras dan menyebarkan beras-beras tersebut ke wilayah lain di Indonesia.
“Kami melakukan moving, penyebaran stok dari Sulawesi Selatan ke daerah Tiimur, dari NTB kami kirim juga ke Bali dan NTT,” kata Tri.
Tak hanya itu, dia juga menyebut Bulog terus mengisi beras ke wilayah-wilayah yang sempat disebut-sebut mengalami defisit beras, yakni Kalimantan Utara, Riau, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.
Dia menyebut, wilayah tersebut dinyatakan defisit karena tidak memproduksi beras. Adapun, dia menyebut Bulog tetap memiliki stok beras di wilayah tersebut.
Dia menyebut, Bulog memiliki minimum stock requirement untuk memenuhi kebutuhan 3 bulan, dimana biasanya dari stok di suatu wilayah, ada sepertiga berada di gudang, sepertiga sedang di perjalanan dan sepertiga disiapkan untuk pengiriman berikutnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn