Kehadiran Holding Ultra Mikro (UMi) memberikan keuntungan bagi PT Pegadaian (Persero). Bank BRI sebagai induk holding akan membantu gadai pelat merah tersebut dari sisi pendanaan.
Pasalnya, Pegadaian adalah institusi pemberi jasa layanan keuangan yang tidak boleh menghimpun dana dari masyarakat dan hanya bisa melalui dana pinjaman. Oleh karena itu, bantuan dari induk dapat menekan biaya dana (cost of fund) dan bunga menjadi lebih murah.
“Tentunya kami akan langsung ke nasabah kita, paling telat bulan November melalui Holding UMi ini, kami sudah bisa menurunkan suku bunga (pinjaman) kepada masyarakat,” kata Direktur Utama Pegadaian Kuswiyoto dalam keterangan resmi, Selasa (28/9).
Tak hanya menekan bunga, kehadiran holding juga dapat memperkuat dan memperdalam penetrasi bisnis BUMN dengan basis usaha gadai tersebut. Terlebih, Bank BRI memiliki kantor cabang dan agen yang banyak.
“Itu adalah salah satu kelemahan Pegadaian, sumber daya kita itu sangat terbatas, dan hanya banyak di kota-kota besar. Nah, dengan bergabungnya kita dengan BRI dan juga dengan PNM, ini merupakan tambahan sumber daya yang luar biasa,” tuturnya.
Oleh karena itu, holding ini akan memperluas jangkauan perseroan dengan sokongan jejaring bisnis BRI maupun PNM. Harapannya masyarakat akan mendapat akses pembiayaan yang jauh lebih murah, jauh lebih mudah dan terpercaya.
Bahkan, kemampuan teknologi informasi (IT) akan semakin efisien berkat integrasi dengan Bank BRI. Hal ini dapat dapat menyokong bisnis di era digital yang menyedot biaya banyak dan mahal.
Adapun potensi jejaring bisnis ketiga entitas BUMN tersebut meliputi BRI dengan 9.618 jaringan kantor dan 470.00 Agen BRILink. Pegadaian 4.915 gerai layanan, sedangkan PNM 2.860 gerai layanan dan sekitar 50.000 tenaga pemasar.
Sementara itu, kinerja Pegadaian sepanjang semester I/2021 naik tipis 2,9% menjadi Rp 10,43 triliun dari Rp10,13 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, laba bersih turun 15% dari Rp1,53 triliun menjadi Rp1,3 triliun.
Di sisi jumlah nasabah, hingga 30 Juni 2021 Pegadaian mencatat kenaikan sekitar 21,4% menjadi 18 juta orang. Penambahan nasabah ini berdampak pada peningkatan omset bisnis gadai yang tumbuh 6,1% dari Rp 75,57 triliun menjadi Rp 80,18 triliun.
Kenaikan omset tersebut terdiri dari gadai konvensional naik 5,9% dari Rp 64,21 triliun menjadi Rp 67,98 triliun, dan gadai syariah naik 7,4% dari Rp 11,36 triliun menjadi Rp 12,2 triliun.
Sumber Kontan, edit koranbumn