PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, menyiapkan peta penguatan bisnis baru agar sektor penunjang menjadi sumber utama pendapatan.
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Direktur Utama Krakatau Steel (KS) menuturkan pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan agar peta jalan pendekatan baru bisnis KS dapat diterima.
Apalagi perusahaan -perusahaan baja utama di dunia sudah lama memperbesar segmen non manufakturnya sebagai penyumbang utama pendapatan bisnis.
“Kami sedang sesuaikan strateginya, harapan kami 5 tahun, tapi ini [KS] gerbong besar, dalam melakukan perubahan harus memperhatikan dan koordinasi dengan semua pihak,” kata Mas Wigrantoro di sela-sela penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan perusahaan Korea, SK Networks Co. Ltd., di Jakarta, Kamis (23/8/2018).
Menurut Mas Wigrantoro, pola non manufaktur ini terbukti berhasil dijalankan oleh perusahaan baja utama dunia seperti pabrikan baja Korea Selatan, India bahkan China. Perusahaan ini justru kuat dalam perdagangan produk baja untuk menopang induknya sebagai produsen baja.
“Kami harapkan [pendapatan dari sisi non manufaktur] jadi 70% ke depannya, saat ini baru 20%,” katanya.
Sementara itu, melalui MoU dengan SK Networks, Mas Wigrantoro mengharapkan pihaknya dapat membentuk perusahaan patungan dalam 1 tahun ke depan. Anak usaha patungan ini diharapkan menjadi jangkar KS masuk dalam perdagangan baja global.
“Kami belum punya perusahaan trading, hampir semua perusahaan baja di dunia menjadi besar karena peran unit dagangnya. Kami sudah mengevaluasi berbagai calon mitra, [sejauh ini] yang menurut kami terbaik dan cocok bagi kami adalah SK,” katanya.
Perusahaan patungan ini nantinya diharapkan tidak hanya menjadi pintu KS menjual produksinya ke pasar global. Perusahaan juga akan menjadikan sK, sebagai perusahaan global yang kuat dalam rantai perdagangan global sebagai salah satu pemasok bahan baku.
“Saat ini [dengan volume pemesanan relatif kecil menjadi] keterbatasan KS memperoleh bahan baku dengan harga kompetitif, padahal bahan baku menempati 80% struktur biaya produksi,” katanya.
Dengan kerjasama dengan perusahaan global, diharapkan KS akan diuntungkan karena tergabung dalam satu rantai nilai pemesanan bahan baku yang lebih besar lagi. Pola pemesanan dalam jumlah besar diharapkan dapat menekan biaya yang signifikan.
“Berapa besarnya? Kami masih perhitungkan,” katanya.
Keberadaan SK yang merupakan salah satu perusahaan perdagangan global, diharapkan dapat membantu menjual produk KS. Nama besar SK dalam perdagangan global yang telah hadir di 40 negara membuat konsumen tidak ragu menggunakan produk KS.
Chairman & CEO SK Networks Shin Won Choi menuturkan Indonesia adalah negara yang strategis dalam bisnisnya. Pihak SK sendiri telah beroperasi semenjak 1976.
“Ini [MoU] memang tahap awal. Sinergi bisnis kami dan penguasaan pasar [Indonesia] oleh KS diharapkan menghasilkan sinergi yang baik,” katanya.
Ia mengharapkan sinergi antar kedua perusahaan bukan saja memperkuat KS di pasar dalam negeri, akan tetapi juga di pasar global.
Sumber bisnis.com