PT Industri Kereta Api (PT INKA) Persero mengatakan kerjasama proyek pengembangan gerbong kereta api di Bangladesh masih terus berjalan hingga saat ini.
Bambang Ramadhiarto, SM PKBL, CSR & Stakeholder Relationship PT INKA menyampaikan peluang-peluang yang terjalin masih sangat banyak karena Bangladesh negara berkembang yang sedang membangun sarana dan prasarana kereta api.
“Khususnya di sektor perkeretaapian saat ini, Bangladesh sedang melalui dalam tahap pengembangan besar-besaran untuk penambahan prasarana, jalur-jalur baru, hingga elektrifikasi di beberapa wilayah. Hal tersebut juga dibarengi dengan investasi di sarana kereta penumpang biasa sampai dengan KRL,” ungkap Bambang
Namun pihaknya masih enggan membuka lebih jauh berapa nilai investasi yang dikucurkan dari proyek ini.
Sebagai informasi, PT INKA mendapatkan tiga proyek besar pada 2019. Proyek pembuatan kereta api tersebut berlanjut pada pengerjaan 2020. Ketiga proyek tersebut adalah pesanan dari PT KAI (Persero), Filipina, dan Bangladesh.
Untuk PT KAI, perusahaan yang berlokasi di Madiun itu menggarap LRT Jabodebek dengan 31 trainset atau 186 kereta. INKA juga telah menyelesaikan dua trainset LRT dan telah dikirim ke Stasiun Cibubur. Sementara pesanan dari Bangladesh adalah 200 kereta penumpang. Sampai akhir tahun 2019, INKA telah menyelesaikan dan mengirim 114 kereta ke negara itu.
Adapun pesanan dari Filipina yaitu ada enam trainset Diesel Multi Unit (DMU), tiga lokomotif, dan 15 kereta penumpang dengan nilai kontrak keseluruhan mencapai Rp 792 miliar. Khusus untuk tiga lokomotif dan 15 kereta penumpang nilai kontraknya mencapai 1,3 miliar peso atau sekitar Rp 362 miliar.
Sebanyak dua dari empat kereta DMU pesanan Filipna tersebut sudah dikirimkan pada Desember 2019. Sedangkan sisanya, maksimal akan dikirim pada akhir Juli 2020. PT INKA sendiri menyebutkan, beberapa kendala yang dihadapi pihaknya adalah persaingan dengan negara lain untuk melaksanakan penetrasi di negara-negara yang dituju.
“Mengenai hambatan, kami melihat adanya penetrasi-penetrasi dari negara-negara kompetitor seperti China, Korea hingga India. Mereka utamanya memakai skema G2G yang disertai paket pendanaan,” sambungnya.
Tahun ini, PT INKA menargetkan fokus menyelesaikan dua proyek yakni pengadaan 200 kereta penumpang dan kereta VIP Car. Ke depannya, INKA berencana untuk masuk ke Congo, Zambia, Zimbabwe untuk membangun sarana perkeratapian.
“Untuk Congo PT INKA akan menggunakan skema consortium dalam kerjasamanya, ini berlaku paket pekerjaan mulai prasarana sampai sarananya. Khusus untuk Zambia, PT INKA membidik pengadaan lokomotif Diesel Electric,” tutupnya.
Sumber Kontan, edit koranbumn