Pemerintah Indonesia menargetkan swasembada gula di tahun 2028. Untuk mencapai tujuan ini, Indonesia menghadapi tantangan besar berupa isu produktivitas untuk mencukupi kebutuhan konsumsi nasional. Terlepas dari tantangan yang harus dihadapi, terbuka peluang besar bagi generasi muda untuk terlibat langsung dalam sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan industri tebu. Untuk meningkatkan ketertarikan generasi muda pada sektor pertanian dibentuklah program inovatif bernama Inkubator Agripreneur Tebu.
Program ini diinisiasi PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) anak perusahaan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yang bergerak di bidang komoditas gula dan didukung Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai solusi untuk link and match antara isu produktivitas dan peran generasi muda dalam sektor pertanian.
“Kami akan melatih dan mendampingi generasi muda yang berminat menjadi agripreneur profesional mengelola perkebunan tebu secara modern, produktif dan berkelanjutan. Bisnis tebu merupakan bisnis yang low risk dan menguntungkan”, terang Mahmudi Direktur Utama SGN seusai Talk Show Agripreneur Tebu, Kamis (14/11) di Pekalongan.
Mahmudi menambahkan para peserta akan mendapatkan berbagai pelatihan teknis, dukungan bisnis, serta pendampingan dari ahli sehingga diharapkan program tersebut dapat memperkuat kapasitas para peserta dalam membangun usaha tani yang berdampak positif pada sektor pertanian Indonesia. “Peserta yang lolos seleksi akan mengelola seperti mini estate, lahan tebu antara 50-100 hektar, dikelola seperti perusahaan dan dilakukan menggunakan teknologi”, lanjutnya.
Kegiatan tersebut mendapat apresiasi dari Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), di mana program tersebut mengajak generasi muda menjadi generasi petani tangguh, dapat meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya sendiri dan bagi para petani, hingga akhirnya memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
“Saya apresiasi atas terselenggaranya acara ini kepada manajemen PT SGN. Bukan semata meningkatkan kinerja perusahaan, tetapi memiliki makna yang mendalam, memberi makna yang luas mengajak para anak muda bertani yang tidak seperti ayah dan kakek kita tetapi menggunakan peralatan mekanisasi, menggunakan teknologi, digitalisasi sehingga transparansi akan terjaga dengan digitalisasi, mari saling bahu membahu wujudkan swasembada pangan, bahkan dalam sisi lain mampu menghasilkan pendapatan yang lebih menarik dan lebih baik daripada profesi lain,” terang Mohammad Abdul Ghani dalam sambutannya.
Senada apresiasi diberikan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, termasuk rencana SGN menyiapkan petugas pendamping tebu rakyat untuk pelayanan petani tebu. “Saya mengapresiasi betul kepada SGN karena sudah menyiapkan 2 ribu karyawan yang berfungsi seperti penyuluh atau pendamping kepada petani tebu rakyat. Kami sangat berharap SGN menjadi motor untuk stakeholder yang lain dengan pengembangan yang sudah dilakukan melalui ETERA dan sekarang program Inkubator Agripreneur Tebu,” harap Heru Tri Widarto Plt Direktur Jenderal Perkebunan.
Sebagai informasi Inkubator Agripreneur Tebu tersebut mendapat atensi besar dari generasi muda, rercatat peserta yang mendaftar sebesar 1.110 peserta dalam tiga hari dan saat ini dalam proses seleksi. Beberapa tahapan antara lain seleksi awal, bootcamp, pelatihan lapangan, pendampingan ahli, inkubasi usaha, serta pendanaan dan kemitraan. Dimana keseluruhan dari tahapan tersebut saling mendukung untuk menghasilkan petani muda yang siap bersaing dan berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan nasional.
Tidak hanya mendorong terwujudnya swasembada sekaligus ruang berkontribusi bagi program negara, Inkubator Agripreneur Tebu juga memberikan berbagai keuntungan bagi para peserta. Melalui program ini peserta mendapatkan peluang untuk membangun usaha mandiri yang difasilitasi akses kepada teknologi pertanian modern, bibit unggul, dan sarana dan prasarana yang memadai untuk memulai usaha tani tebu standar tinggi.
Program Inkubator Agripreneur Tebu ini menjadi terobosan dalam memberikan ruang bagi generasi muda untuk menjadi pionir dalam revolusi pertanian modern. Ini adalah kesempatan emas bagi mereka yang ingin terlibat dalam salah satu sektor strategis yang berperan penting dalam masa depan ketahanan pangan Indonesia.
Target Produktivitas 8 Ton per Hektar Kejar Percepatan Swasembada Gula
Dalam sambutannya Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menyebut kenaikan produksi tebu nasional tahun ini yang sebesar 13% dibanding tahun lalu, separuhnya merupakan kontribusi dari PTPN melalui SGN. “Untuk gula, produksi tahun ini memang meningkat 13% dari tahun lalu, dimana peningkatan paling besar dikontribusikan oleh PTPN melalui SGN. Jadi separuh dari peningkatan produksi tebu nasional, produksi gula nasional dari 2,2 juta ton per tahun menjadi 2,4 juta ton per tahun. Itu separuhnya kontribusi SGN”, jelasnya.
Dari 8 Astacita Presiden Republik Indonesia Prabowo, Astacita nomor 2 menyatakan bahwa Indonesia dalam waktu 4-5 tahun harus mampu menjadi negara yang swasembada pangan. Selanjutnya Ghani berharap produktivitas tebu bisa naik dari 5 ke 8 ton per hektar sebagai bagian upaya percepatan pencapaian swasembada gula nasional.
“Kalau naik 8 ton, sesungguhnya bukan angka yang terlalu tinggi karena 8 ton hanya separuh dari apa yang sudah dicapai di 100 tahun lalu. Isunya hanya kemitraan yang saling bergantung. Kemudian kita harapkan dukungan pemerintah terutama dalam kaitannya dengan menjaga agar gula yang masuk atau impor dapat dikendalikan”, lanjut Ghani.
Mengenai PT Perkebunan Nusantara III (Persero):
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha agro bisnis, terutama komoditas kelapa sawit dan karet. Perseroan didirikan pada 11 Maret 1996 berdasarkan hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996. Pemerintah kemudian mengubah pengelolaan bisnis BUMN Perkebunan dengan menunjuk Perseroan sebagai induk dari seluruh BUMN Perkebunan di Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014. Sebagai perusahaan induk (holding company) BUMN di sektor perkebunan, Perseroan saat ini menjadi pemegang saham mayoritas dari 3 sub holding yaitu Supporting Co (PTPN I), Palm Co (PTPN IV) dan Sugar Co (PT Sinergi Gula Nusantara).
Selain itu terdapat anak perusahaan di bidang pemasaran produk perkebunan yaitu PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT KPBN), anak perusahaan di bidang riset dan pengembangan komoditas perkebunan yaitu PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) serta anak perusahaan lainnya yaitu PT LPP Agro Nusantara (LPPAN), PT Industri Nabati Lestari (INL), PT Kawasan Industri Nusantara (KINRA), PT Industri Karet Nusantara (IKN), PT Bio Industri Nusantara (BIONUSA), dan PT Sri Pamela Medika Nusantara (SPMN).
Saat ini Perseroan secara konsolidasian merupakan salah satu perusahaan perkebunan terbesar di dunia berdasarkan total lahan konsesi perkebunan. Produk komoditas Perseroan mencakup komoditas anak perusahaan cukup terdiversifikasi antara lain kelapa sawit, karet, tebu, teh, kopi, tembakau dan kakao, serta produk hilirnya masing-masing. Perseroan saat ini tengah melakukan upaya-upaya transformasi bisnis baik di sektor budidaya tanaman perkebunan (on-farm), pengolahan tanaman perkebunan (off-farm) serta unit-unit pendukungnya guna meningkatkan kinerja maupun produktivitas dan efisiensi bisnis.
Sumber Pressrelease, edit koranbumn