PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. menganggarkan belanja modal Rp21 triliun pada 2019 untuk berinvestasi di sektor energi, properti, dan infrastruktur.
Direktur Utama Wijaya Karya, Tumiyana mengatakan belanja modal pada 2019 akan digunakan untuk sejumlah kebutuhan investasi. Secara garis besar, emiten berkode saham WIKA itu akan berinvestasi di sektor energi, properti, dan infrastruktur.
Di sektor infrastruktur, Tumiyana mengungkapkan akan berinvestasi di jalan tol. Menurutnya, perseroan akan menambah jalan tol pada 2019. “Belanja modal sekitar Rp21 triliun,” ujarnya di Jakarta, Selasa (11/12).
Selain jalan tol, Tumiyana mengatakan WIKA juga akan berinvestasi di proyek properti. Saat ini, perseroan tengah memproses rencana investasi beberapa proyek di sektor tersebut.
Dia mengklaim anggaran belanja modal 2019 masih terbilang besar meski lebih rendah dari rencana belanja modal 2018. Pasalnya, investasi tahun lalu terdapat anomali untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Untuk memenuhi kebutuhan belanja modal, sambungnya, perseroan akan menggunakan kas internal dan utang. Komposisinya, 30% dari internal dan 70% dari pinjaman.
Tumiyana menyatakan akan mengkombinasikan beberapa instrumen pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan belanja modal. Artinya, WIKA mempertimbangkan berbagai opsi mulai dari pinjaman bank konvensional hingga penerbitan surat utang.
Sebagai contoh, dia menjelaskan bahwa akan menerbitkan perpetual bond pada 2019. Jumlah maksimal yang akan dihimpun melalui instrumen tersebut senilai Rp4 triliun.
Wijaya Karya mengincar kontrak pada tahun depan dapat mencapai Rp70 triliun dengan mengandalkan kontrak bernilai besar seperti pembangunan MRT dan LRT. Hingga akhir tahun ini, perseroan optimistis raupan kontrak dapat mencapai Rp58 triliun.
Direktur Wijaya Karya Antonius NS Kosasih menyampaikan hingga akhir tahun ini perseroan optimistis masih dapat meraup nilai kontrak hingga Rp58 triliun. Padahal, hingga Oktober 2018 perseroan baru membukukan sebesar Rp28,51 triliun.
“Kami masih optimistis tercapai karena masih banyak kontrak yang akan kami dapat mulai akhir November sampai pekan ketiga Desmber 2018 ini. Tahun depan targetnya Rp70 triliun tapi akan kami konfirmasi lagi nilainya di akhir tahun,” ungkap Antonius baru-baru ini.
Antonius mengungkapkan pada tahun depan perseroan masih akan mengerjakan beberapa proyek jumbo seperti pembangunan Light Rail Transit (LRT) dan Mass Rapid Transit (MRT) tahap dua. Keduanya akan berkontribusi besar pada perolehan kontrak emiten pelat merah tersebut.
Berdasarkan publikasi perseroan, emiten dengan sandi WIKA tersebut telah mengantongi kontrak sebesar Rp28,51 triliun per Oktober 2018 atau hanya 49,07% dari target kontrak perseroan. Pada awal tahun ini, WIKA menyampaikan akan mengincar kontrak sebesar Rp58,11 triliun.
Dengan asumsi tambahan kontrak tersebut, Wijaya Karya memprediksi pendapatan dan laba bersih perseroan pada tahun depan dapat tumbuh pada kisaran 20%. Hingga akhir tahun ini, Antonius memprediksi masing-masing pendapatan dan laba bersih perseroan dapat menyentuh Rp39 triliun dan Rp2 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, WIKA membukukan pendapatan Rp21 triliun hingga periode yang berakhir 30 September 2018. Nilai tersebut meningkat 32,3% dari periode sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp15,87 triliun.
Pada periode itu, WIKA mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp860,45 miliar, meningkat 26,05% (yoy) yang sebesar Rp682,63 miliar.
Sumber Bisnis.com