Pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) BUMN atau anak usaha BUMN dinilai menjadi momen yang ditunggu bagi pasar modal Indonesia.
Berdasarkan berita sebelumnya, beberapa anak usaha BUMN direncanakan IPO pada tahun 2022. Setelah PT Adhi Commuter Properti Tbk pada kuartal I-2022, terdapat PT Pertamina Geothermal Energy dan PT Pupuk Kalimantan Timur yang ditargetkan IPO pada semester I-2022. Di samping itu, ada Inalum Operating yang direncanakan IPO pada akhir tahun ini.
Manajemen PT Pupuk Indonesia (Persero) tidak bisa berkomentar terkait perkembangan persiapan IPO anak usahanya yaitu Pupuk Kaltim lantaran belum diizinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Kami belum bisa mengeluarkan pernyataan apapun,” kata SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana, Kamis (21/4).
Sementara itu, Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto menilai, emiten-emiten BUMN biasanya ditunggu sebagai salah satu motor pendorong pergerakan bursa saham. Oleh karena itu, rencana IPO beberapa BUMN atau anak usaha BUMN di atas kertas diperkirakan akan menarik minat para investor.
“Di samping karena prospek usaha, daya tarik IPO BUMN juga didorong oleh peran mereka sebagai market leader di industrinya,” ungkap dia, Kamis (21/4).
Ambil contoh pada rencana IPO Pupuk Kaltim. Perusahaan ini merupakan salah satu pengelola pabrik pupuk terbesar dalam kelompok Pupuk Indonesia Group. Pupuk Kaltim memiliki fasilitas pabrik pupuk terintegrasi terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Pupuk Kaltim juga mulai fokus pada produksi pupuk NPK untuk komersial dan ekspor sekaligus tengah dalam proses berekspansi membangun pabrik baru di Papua.
Menurut Toto, IPO Pupuk Kaltim seharusnya cukup menarik bagi investor. Sebab, secara bisnis Pupuk Kaltim nantinya akan dibebaskan oleh holding pupuk dari kewajiban Public Service Obligation (PSO), sehingga perusahaan ini bisa lebih fokus pada aspek komersial.
Secara umum, IPO BUMN dan/atau anak usaha BUMN adalah langka positif untuk memberikan alternatif pendanaan bagi perusahaan plat merah. Selama ini sebagian besar BUMN dan afiliasinya cenderung lebih memilih instrumen utang sebagai sumber pendanaan. Alhasil, hal ini bisa menjadi beban berat bagi BUMN terutama ketika terjadi krisis seperti pandemi Covid-19, karena bunga utang tetap harus dibayar.
Di sisi lain, IPO merupakan instrumen pendanaan yang bersifat ekuitas. Dengan pelaksanaan IPO, maka akan berdampak baik terhadap struktur pembiayaan BUMN dan anak usaha BUMN.
Selain itu, dengan menjadi perusahaan terbuka, maka tuntutan implementasi tata kelola perusahaan yang baik akan semakin besar. Dengan begitu, diharapkan aspek transparansi, keadilan, dan akuntabilitas semakin meningkat di perusahaan negara.
“Ini juga menjadi fondasi bagus buat peningkatan kinerja. Semakin banyak BUMN atau anak BUMN, maka akan semakin baik bagi peningkatan kinerja mereka,” pungkas dia.
Sumber Kontan, edit koranbumn