Perusahaan pengelola jalan tol, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) tahun ini telah menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 5 triliun-Rp 7 triliun untuk membiayai pengerjaan proyek tiga jalan tol.
Sumber pendanaan capex ini akan berasal dari penerbitan obligasi, pinjaman bank dan suntikan ekuitas hasil divestasi jalan tol.
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan perusahaan menyebutkan kebutuhan pendanaan ini masih bisa dipenuhi dari fasilitas pendanaan perusahaan yang masih tersedia.
“Capex kita rencananya Rp 5 triliun-Rp 7 triliun tahun ini, kita hanya perlu menyelesaikan beberapa proyek JORR [Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road] 2, Manado-Bitung, Balikpapan-Samarinda,” kata Donny dalam webinar Forum Wartawan BUMN, Senin (8/3/2021).
Dia menjelaskan, salah satu opsi pendanaan yang bisa dilakukan tahun ini adalah divestasi 2-3 ruas tol melalui Indonesia Investment Authority (INA).
Dari pelepasan aset ini perusahaan menargetkan bisa mengantongi dana setidaknya senilai Rp 1,5 triliun-Rp 3 triliun.
Adapun aset yang akan dilepas ini merupakan bagian dari sembilan ruas tol yang disiapkan untuk didivestasikan. Donny menyebut divestasi ini merupakan upaya perusahaan untuk asset recycling untuk memenuhi kebutuhan pendanaan berikutnya.
Dia mengakui saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang memang telah tertarik untuk membeli aset yang ditawarkan oleh Jasa Marga. Investor ini berasal dari sejumlah negara, baik yang akan masuk sebagai investor strategis maupun lembaga keuangan.
“Itu kombinasi sebetulnya. Ada memang yang bisnisnya jalan tol, itu dari Asia. Kemudian ada juga memang dana pensiun dari Eropa yang menjajaki untuk masuk dalam tol,” jelasnya.
Sumber pendanaan capex lainnya berasal dari fasilitas pinjaman bank yang saat in masih dimiliki perusahaan senilai Rp 2,7 triliun.
Selain itu, kata Donny, masih ada obligasi yang belum direalisasikan oleh perusahaan penerbitannya senilai Rp 2,5 triliun.
Obligasi yang dimaksud adalah Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II dengan nilai total penerbitan sebesar Rp 4,5 triliun. Pada September 2020 perusahaan telah menerbitkan surat utang tahap I senilai Rp 2 triliun.
Sumber CNBC Indonesia, edit koranbumn