Pandemi Covid-19 telah menekan bisnis perusahaan asuransi umum. Kendati demikian, lini bisnis engineering masih bisa tumbuh.
Ini terbukti pada PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) atau Jasindo yang mencatatkan pendapatan premi engineering senilai Rp 63,42 miliar hingga Mei 2020 lalu
Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara menyatakan, nilai itu tumbuh 22,28% secara year on year (yoy) dibandingkan Mei 2019 sebesar Rp 51,87 miliar. Ia menyebut pertumbuhan ini Ditopang oleh masih berjalannya proyek-proyek yang sudah ditetapkan di tahun 2020.
“Sampai akhir tahun ini, untuk lini bisnis engineering diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 28%. Akan tetapi Jasindo menargetkan bisnis engineering ini sama dengan tahun 2019, sebesar Rp 318.402 miliar, dengan mempertahankan polis renewal di tahun 2019,” ujar Diwe
Lini bisnis ini masih mampu bertumbuh ketika Jasindo mendapatkan tekanan pandemi Covid-19. Tecermin dari total pendapatan premi Jasindo hingga Mei 2020 mencapai Rp 1,32 triliun. Nilai itu turun sebesar 14,55% di bandingkan tahun 2019 sebesar Rp 1,55 triliun.
“Meski mengalami penurunan, ada beberapa segmen atau class of business (cob) yang mengalami kenaikan. Misalnya cob aviation, engineering, marine hull, sedangkan cob yang mengalami penurunan yaitu kargo, properti, kendaraan, aneka, bonding, oil and gas, liability, personal accident, kesehatan dan kredit,” tambah Diwe.
Ia melanjutkan, pada tahun ini, Jasindo masih tetap optimistis mengejar ketinggalan akibat tekanan Covid-19. Oleh sebab itu, Jasindo menargetkan premi tahun 2020 sebesar Rp 4,93 triliun. Meski nilai itu turun 8,4% dari realisasi tahun 2019 sebesar Rp 5,39 triliun.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe menyatakan pandemi akan memaksa pemerintah membuat kebijakan prioritas. Ia memperkirakan, proyek-proyek konstruksi akan menurun. Bila menurun, maka akan berpengaruh pada permintaan asuransi engineering.
“Asuransi engineering akan mengikuti aktifitas kegiatan konstruksi. Sejauh ini proyek-proyek pemerintah mendominasi kegiatan konstruksi di dua tahun terakhir,” jelas Dody kepada Kontan.co.id.
Oleh sebab itu, hingga kuartal pertama 2020 pendapatan premi engineering secara industri mencapai Rp 700,39 miliar. Nilai itu tumbuh 28,9% yoy dibandingkan Maret 2019 senilai Rp 543,26 miliar.
Dody memprediksi, jika pandemi Covid-19 berlanjut sampai triwulan IV-2020, maka total premi asuransi umum di akhir tahun 2020 diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif.
“Bisa turun 15% sampai 25% dibandingkan tahun lalu. Worst scenario bisa sampai minus 35%,” papar Dody.
Menghadapi tekanan bisnis ini, Dody menyatakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh industri asuransi umum. Mulai dari segera melakukan penyesuaian dan bila perlu melakukan perubahan proses bisnis dengan implementasi teknologi digital.
Juga melakukan kontrol biaya agar tercapai effective and efficient operation cost. Selain itu juga melakukan seleksi underwriting dengan membatasi penerbitan Polis hanya untuk Lini bisnis yang claim ratio rendah terkendali.
“Serta meningkatkan kompetensi karyawan serta penerapan manajemen risiko yang baik,” tambah Dody.
Asal tahu saja, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan pendapatan premi asuransi umum secara industri pada Mei 2020 senilai Rp 30,72 triliun. Nilai itu turun 6,48% yoy dibandingkan Mei 2019 yang senilai Rp 32,85 triliun.
Sumber Kontan, edit koranbumn