PT Freeport Indonesia (PTFI) telah mengantongi rekomendasi ekspor atau Surat Persetujuan Ekspor (SPE) baru untuk setahun ke depan. Di dalam SPE tersebut, PTFI mendapatkan kenaikan kuota ekspor konsentrat tembaga.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), jumlah rekomendasi yang diberikan sebanyak 1.069.000 wet ton konsentrat tembaga. Kuota ekspor tersebut berlaku selama satu tahun sejak terbit pada 16 Maret 2020.
Kuota ekspor tersebut meningkat dibanding periode sebelumnya, yang sebesar 746.953 wet ton konsentrat tembaga. Jumlah kuota ekspor yang dimiliki PTFI saat ini sesuai yang diajukan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) PTFI di tahun 2020.
Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, kenaikan kuota ekspor disokong oleh produksi bijih dan konsentrat yang ditargetkan mulai meningkat di tahun ini. Sayangnya, Riza belum merinci secara detail berapa besar volume peningkatan yang bisa diraih Freeport Indonesia.
Hanya saja, lantaran masih dalam masa transisi tambang bawah tanah, maka produksi tahun ini masih belum mencapai kapasitas optimal. “Memang ada kenaikan (kuota ekspor). Produksi naik, walaupun belum optimal,” kata Riza kepada Kontan.co.id, Jum’at (3/4).
Namun, meski mengantongi kuota ekspor yang lebih tinggi, Freeport Indonesia tetap mencermati perkembangan kondisi pandemi virus corona. Khususnya yang terkait dengan komponen biaya dan juga pergerakan harga komoditas tembaga.
“Virus corona berdampak pada harga komoditas tembaga, sehingga kami memantau cost yang non essential,” sambungnya.
Kendati ada pandemi virus corona, hal tersebut belum berdampak signifikan terhadap kinerja operasional PTFI. Ia bilang, operasional tambang bawah tanah dan juga penjualan konsentrat masih berjalan normal.
“Sejauh ini tidak berdampak pada operasi tambang bawah tanah. Pengapalan juga masih normal,” kata Riza.
Dalam catatan Kontan.co.id, ekspor konsentrat tembaga Freeport Indonesia menyasar sejumlah pasar. Terutama negara-negara di Asia, seperti Jepang, Korea, Filipina, India dan China.
Menurut Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas, porsi ekspor konsentrat tembaga PTFI sekitar 60% dari total konsentrat yang diproduksi PTFI. Sementara sekitar 40% diproses di dalam negeri, yakni di PT Smelting Gresik.
Tony menyebut, produksi bijih PTFI baru akan naik pada tahun 2021 ke tingkat 75%-80% dari kapasitas produksi. Sedangkan produksi akan kembali stabil ke posisi 210.000 ton bijih per hari mulai tahun 2022.
Sumbe rKontan, edit koranbumn