Kementerian BUMN mengharapkan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. bisa menambah saham pada perusahaan patungan PT Krakatau Posco menjadi 50 persen, dari saat ini 30 persen.
Apabila akuisisi dijalankan, maka porsi kepemilikan saham emiten berkode saham KRAS tersebut di Krakatau Posco akan imbang dengan kepemilikan mitra strategisnya Pohang Iron and Steel Company (Posco).
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan pihaknya bersama direksi Krakatau Steel tengah melakukan negosiasi dengan mitra Korea Selatan tersebut.
“Bersama Posco, kami negosiasi dari tadinya minoritas, paling tidak 50:50 karena partnership dengan Posco ini luar biasa. Saya berterima kasih kerja sama dengan Posco selama 6-7 tahun terakhir ini net income sangat positif dari Posco,” urainya dalam paparan virtual, Selasa (28/9/2021).
Seperti diketahui, Krakatau Posco mengelola pabrik baja terintegrasi dengan teknologi blast furnace pertama di Indonesia yang mulai beroperasi sejak 2014.
Dia juga mengapresiasi respons positif Posco yang memiliki nilai pasar terbesar di dunia sebagai produsen baja tersebut. Pasalnya, Posco bisa saja menolak keinginan pemerintah untuk menambah sahamnya di anak usaha yang fokus memproduksi baja tersebut.
“Pendekatan B to B secara profesional saya juga datang beberapa kali, ini membuat mitra kita percaya diri,” urainya.
Erick juga menegaskan industri baja impor masih banyak yang perlu diperbaiki dan Indonesia wajib menjaga rantai pasoknya agar mengurangi impor baja, sehingga memberikan produk berkualitas dengan harga kompetitif.
“Kami efisiensi juga besar-besaran. Akhirnya restrukturisasi utang, perbaikan arus kas, ada proyek-proyek berjalan baik, efisiensi, akhirnya yang tadinya KRAS 8 tahun rugi, sekarang bisa untung Rp800 miliar,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menerangkan proyek blast furnace diinisiasi pada 2008 dan memasuki masa konstruksi pada tahun 2012, jauh sebelum dirinya bergabung di Krakatau Steel pada akhir 2018 telah mendapatkan penyelesaiannya.
“Manajemen saat ini sudah mendapatkan solusi agar fasilitas atau pabrik yang tadinya mangkrak bisa jadi produktif,” jelasnya.
Silmy melanjutkan bahwa saat ini Krakatau Steel sudah memiliki dua calon mitra strategis, bahkan satu calon sudah menandatangani Memorandum of Agreement (MOA) dengan Krakatau Steel.
Satu mitra lagi sudah menyampaikan surat minat untuk bekerja sama dalam hal blast furnace. Artinya sudah ada solusi atas proyek blast furnace. Ditargetkan pada kuartal III/2022 akan dioperasikan.
“Pengoperasian blast furnace nantinya akan menggunakan teknologi yang memaksimalkan bahan baku dalam negeri yaitu pasir besi. Penggunaan pasir besi ini akan menghemat biaya produksi dan menurunkan impor bahan baku dari luar negeri yaitu iron ore,” tambah Silmy.
Sumber Bisnis, edit koranbumn