Harga batu bara masih tinggi, bahkan kembali menembus US$400 per ton di pasar global. Hal ini menjadi salah satu pendorong kinerja PT Bukit Asam Tbk. (PTBA).
Sepanjang semester I/2022, PTBA berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp6,2 triliun, naik 246 persen dibanding periode serupa di tahun lalu (year on year/yoy) yang senilai Rp 1,8 triliun.
Laba bersih BUMN tambang itu didukung dengan pendapatan sebesar Rp18,4 triliun, meningkat 79 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, kenaikan kinerja PTBA salah satunya didorong oleh kenaikan harga batu bara yang signifikan.
PTBA melaporkan rata-rata harga jual (ASP) batu bara PTBA naik 58 persen dari semester I/2021. Pada semester I/2022 semester ASP batu bara PTBA senilai Rp1,2 juta per ton, harganya naik dari tahun lalu hanya Rp787.000.
“Jadi kuartal I/2022 hanya Rp1,1 juta, kuartal II/2022 jadi Rp1,3 juta. Jadi rata-ratanya Rp1,2 juta,” jelas Direktur Keuangan PTBA Farida Thamrin dalam konferensi pers, Jumat (26/8/2022).
Arsal menambahkan, bahwa harga batu bara cukup sulit diprediksi. Meskipun harga global di Newcastle naik, tapi kalau PTBA menjual menggunakan harga tersebut tidak akan laku.
“Sampai akhir tahun harga batu bara harapannya relatif dengan kondisi yang sekarang, nggak jauh beda. Paling naik turun 10 persen, kecuali ada hal-hal signifikan misalkan Rusia-Ukraina tahu-tahu damai lebih cepat, atau pecah lebih parah, kan nggak bisa kita prediksi,” kata Arsal.
Secara umum, harapannya turun naiknya harga batu bara tidak jauh-jauh dari harganya saat ini, masih bisa bergerak di kisaran US$390-US$410 per ton.
Sumber Bisnis, edit koranbumn