PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan laba perseroan sepanjang tahun 2017 sebesar Rp 13,62 triliun, dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) tercatat sebesar Rp 11,34 triliun, pencapaian di sepanjang tahun 2017 meningkat atau tumbuh sebesar 20,1 persen.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyampaikan pertumbuhan atau kenaikan laba bersih sepanjang 2017 dari kontribusi yang signifikan dari kinerja operasional segmen business banking dan consumer banking serta peningkatan kualitas aset.
Untuk pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp 31,94 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) sebesar Rp 30 triliun maka kinerja perseroan untuk NII naik sebesar 6,5 persen . Sedangkan pendapatan non bunga tercatat kenaikan sebesar 13,9 persen (yoy) pada tahun 2017 senilai Rp 9,77 triliun , dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 8,59 triliun di tahun 2016.
“Kenaikan fee based income yang diperoleh, antara lain dari transaksi trade finance dan remitansi memberikan kontribusi pada pendapatan nonbunga ,” ujar Achmad Baiquni.
Total aset BNI pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp 709,3 triliun, naik 17,6 persen (yoy) dibandingkan pada tahun 2016 sebesar Rp 603 triliun.
Jumlah dana pihak ketiga (DPK) BNI pada tahun 2017 naik Rp 516,1 triliun , tumbuh sebesar 18,5 persen (yoy) dari tahun 2016 sebesar dibandingkan Rp 435,6 triliun .
Achmad Baiquni menyampaikan DPK industri perbankan diperkirakan hanya 11 persen pada tahun 2017 , sehingga pertumbuhan DPK BNI melebihi pertumbuhan DPK industri perbankan nasional.
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar 18,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya tercatat sebesar 19,4 persen. Begitu pula marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) pada tahun 2017 turun sebesar 5,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 6,2 persen.
Untuk Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tingkat coverage ratio naik sebesar 148 persen pada tahun 2017 dibanding tahun sebelumnya sebesar 146 persen .
Kinerja Penyaluran Kredit BNI
Kinerja BNI sepanjang tahun 2017 tak lepas dari kontribusi peningkatan penyaluran kredit pada tahun 2017 tercatat sebesar Rp 441,3 triliun meningkat dibandingkan dengan Rp 393,3 triliun pada tahun 2016, tumbuh 12,2 persen (yoy).
Segmen korporasi atau business banking memberikan kontribusi pertumbuhan cukup tinggi sebesar 78,3% tersalurkan sebesar Rp 345,5 triliun dari total kredit disalurkan. Sebesar Rp 71,4 triliun atau 16,2 persen dari total kredit disalurkan ke segmen konsumer.
Untuk kredit segmen business banking, sebesar Rp 134,4 triliun disalurkan untuk debitur korporasi non-BUMN, sebesar Rp 84,37 triliun disalurkan untuk debitur-debitur BUMN dan debitur menengah dan kecil, masing-masing Rp 70,26 triliun dan Rp 56,48 triliun.
Kredit pada segmen konsumer BNI pertumbuhannya pada pinjaman payroll yang tumbuh 47,1 persen, sedangkan outstanding penyaluran kreditnya mencapai Rp 17,7 triliun per 31 Desember 2017.
Di samping itu, segmen konsumer BNI juga didorong oleh kredit pemilikan rumah (KPR) yang mencapai Rp 37,07 triliun pada akhir Desember 2017. Penyaluran kredit melalui kartu kredit tercatat sebesar Rp 11,64 triliun.
Direktur Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menyatakan, pertumbuhan kredit di segmen konsumer juga akan menjadi penopang pada tahun ini
“Pada tahun 2017 kredit dari payroll tumbuh signifikan, NPL (rasio kredit bermasalah)-nya rendah. Saat ini ada 24 juta rekening payroll BNI. BNI akan kembangkan dan fokus di situ,” ungkap Anggoro.
Posis I non performing loan ( NPL) alias rasio kredit bermasalah BNI pada tahun 2017 tercatat turun sebesar 2,3 persen, dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar 3 persen (yoy).
Direktur Keuangan BNI Rico Budidarmo menjelaskan, ada beberapa upaya yang diambil perseroan dalam menurunkan NPL yakni menerapkan manajemen risiko, hapus buku, dan beberapa debitur yang sudah melakukan kewajibannya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan, total kredit yang dihapus buku alias write off mencapai sekitar Rp 8 triliun. Penghapusbukuan disebabkan kredit yang macet gagal direstrukturisasi.
Target BNI di tahun 2018
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) merencanakan lanjutkan akuisisi bank, sebagai upaya menjadikan bank terbesar di Indonesia. Dengan melakukan akuisisi ditargetkan dapat meningkatkan aset perseroan , namun akuisisi dilakukan dengan pertimbangan bisnis yang matang dan menguntungkan bagi investor.
“Akuisisi bank tidak mudah kami melihat besar aset dan apakah bisnis bisa melengkapi bisnis inti kami,” kata Achmad Baiquni
Untuk mensukseskan akuisisi ini, BNI telah menganggarkan dana sebesar Rp 3 trilliun, tidak hanya untuk akuisisi bank tapi juga untuk suntik anak usaha dan akuisisi perusahaan non bank lain.
Menurut Rico Rizal Budidarmo, Direktur Keuangan BNI , tahun lalu BNI sudah menyuntik anak usaha syariah sebesar Rp 1 triliun. Untuk tahun ini merencanakan membentuk modal ventura dan asuransi kerugian untuk melengkap anak usaha yang ada.
BNI masih menjadi bank terbesar keempat di Indonesia setelah BRI, Mandiri dan BCA, dengan total aset BNI sebesar Rp 700 triliun atau tumbuh 17,65 year on year.
Pada tahun 2018 kedepan, BNI menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15 persen, sesuai sesuai dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang telah diajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan, kondisi perekonomian global yang menunjukkan perbaikan diharapkan semakin menarik bagi investasi di Indonesia sehingga kredit investasi semakin tumbuh, menyokong kredit sektor infrastruktur .
Untuk pertumbuhan kredit consumer diperkirakan mencapai dua digit pada tahun 2018 ini selain pertumbuhan pada KPR, diperkirakan ada peningkatan pertumbuhan kredit pada payroll.
BNI merencanakan menerbitkan convertible bonds, yakni obligasi yang dapat dikonversi guna memperkuat modal dalam memitigasi dampak sistemik apabila terjadi krisis. Penerbitan convertible bond diwajibkan bagi bank sistemik sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 14/POJK.03/2017 tentang Rencana Aksi bagi Bank Sistemik.
Menurut Direktur Utama BNI Achmad Baiquni, obligasi tersebut akan diterbitkan pada semester II 2018 mendatang. Adapun jangka waktunya akan disesuaikan dengan kondisi pasar.
Dikutip Berbagai Sumber
koranbumn01