Holding BUMN Farmasi berhasil mencetak kinerja yang menawan sepanjang semester I-2021. Hasil ini cukup mencerminkan prospek bisnis sektor farmasi yang tengah berada dalam tren positif di tengah pandemi Covid-19.
Per semester I-2021, Holding BUMN Farmasi yang terdiri dari PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), dan PT Indofarma Tbk (INAF) meraih kenaikan pendapatan sebesar 164% (yoy) menjadi Rp 15,26 triliun
Secara rinci, pendapatan Bio Farma sendiri didapat dari realisasi pendapatan penugasan yang mencapai Rp 8,12 triliun. Angka ini terdiri dari Rp 7,97 triliun program vaksin Covid-19 dan Rp 144,30 miliar dari program vaksinasi gotong royong.
Untuk anggota Holding BUMN Farmasi, Kimia Farma membukukan pendapatan sebesar Rp 5,56 triliun pada semester I-2021 yang diperoleh dari penjualan produk pihak ketiga sebesar Rp 4,1 triliun, termasuk di dalamnya didapat dari program vaksinasi gotong royong sebesar Rp 402,9 miliar.
Sedangkan untuk Indofarma, pendapatan semester I-2021 mencapai Rp 849,33 miliar yang berasal dari penjualan obat-obat generik berlogo (OGB) dan ethical sebesar Rp 492,79 miliar. Sisanya dari penjualan alat kesehatan, multivitamin, dan lain-lain.
Sekretaris Perusahaan sekaligus Juru Bicara Bio Farma Bambang Heriyanto tak banyak mengomentari hasil kinerja Holding BUMN Farmasi tersebut. Namun, ia percaya Holding BUMN Farmasi bisa kembali mencetak hasil kinerja positif di masa-masa selanjutnya.
“Sisa akhir tahun 2021 diharapkan kinerja (Holding BUMN Farmasi) tetap bisa melampaui target,” tutur dia, Selasa (28/9).
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji menilai, kinerja positif Holding BUMN Farmasi cukup terbantu oleh program-program terkait penanganan pandemi Covid-19 yang tentu jadi prioritas utama pemerintah. “Ada benefit tersendiri bagi BUMN farmasi yang bersinggungan langsung dengan penanganan Covid-19,” kata dia, Senin (27/9) malam.
Ia menilai, era pandemi Covid-19 menimbulkan fenomena new economic. Saat kondisi normal, emiten-emiten sektor farmasi kemungkinan hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan obat. Namun, sekarang kondisinya berbeda, di mana kebutuhan obat-obatan, multivitamin, alat kesehatan, hingga vaksin terus meningkat.
Secara umum, emiten-emiten farmasi juga diuntungkan oleh kondisi global di masa pandemi. Saat ini, banyak negara maju yang berinovasi dengan mengandalkan teknologi tingkat tinggi dalam hal penanganan Covid-19. Hal ini bisa menjadi pemicu emiten farmasi di Indonesia untuk melakukan inovasi serupa atau berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan global terkait penanganan pandemi.
“Hal-hal demikian tak hanya berlaku bagi emiten BUMN farmasi, melainkan juga emiten swasta. Mereka juga bisa memaksimalkan penjualan produk, layanan kesehatan, dan berinovasi sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik,” ungkap Nafan.
Memang, situasi pandemi Covid-19 mulai mereda di Indonesia. Tapi perlu diingat bahwa kemunculan varian baru masih tetap terbuka, sesuai dengan peringatan dari WHO. Maka dari itu, kebutuhan terhadap obat-obatan, multivitamin, dan alat kesehatan bakal terus ada selama dunia masih berstatus pandemi.
“Emiten-emiten farmasi, baik BUMN dan swasta, masih akan terus punya peluang dan punya peranan penting dalam beberapa waktu ke depan,” kata Nafan.
Sumber Kontan, edit koranbumn