Empat emiten BUMN Karya menyesuaikan target dan rencana ekspansi sejalan hasil kinerja keuangan yang dibukukan pada periode semester I/2018.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Wijaya Karya (Persero), dan PT PP (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan pendapatan dobel digit pada semester I/2018. Akan tetapi, hasil laba bersih yang dikantongi beragam.
Waskita Karya misalnya mencatatkan pertumbuhan laba bersih 133,26% pada semester I/2018. Laba bersih emiten berkode saham WSKT itu naik dari Rp1,28 triliun menjadi Rp2,99 triliun.
Selain itu, Wijaya Karya mengamankan pertumbuhan laba bersih dua digit pada periode tersebut. Tercatat, laba bersih naik 18,66% dari Rp435 miliar menjadi Rp517,25 miliar.
Di sisi lain, laba bersih yang dikantongi PP tergerus 16,21% secara tahunan pada semester I/2018. Jumlah yang dibukukan emiten berkode saham PTPP itu turun dari Rp572,54 miliar pada semester I/2017 menjadi Rp479,75 miliar.
Dari sisi total liabilitas dan ekuitas, jumlah yang dimiliki keempatnya kompak merangkak naik pada rentang semester I/2015—semester I/2018. Nilai tertinggi dimiliki oleh WSKT dengan Rp91,36 triliun pada semester I/2018.
Adapun, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. masih melaksanakan audit atas laporan keuangan yang berakhir 30 Juni 2018. Dengan demikian, emiten berkode saham ADHI itu akan menyampaikan kinerja paling lambat 30 September 2018.
Direktur Keuangan PP Agus Purbianto menjelaskan bahwa perseroan banyak melakukan pemekaran anak usaha yang belum menghasilkan EBITDA pada semester I/2018. Selain itu, terjadi kenaikan beban bunga dan pencairan pembayaran sejumlah proyek yang mundur dari target.
Agus mengatakan perseroan mulai mengurangi proyek yang berasal dari swasta. Pasalnya, kerap terjadi missmatch dengan pembayaran yang dilakukan sehingga berdampak terhadap keuangan perseroan.
Kendati demikian, dia memastikan PTPP masih memiliki ruang ekspansi yang cukup sampai dengan akhir tahun. Pihaknya telah mengatur porsi ekspansi 30% dari total ekuitas yang dimiliki.
Agus optimistis sejumlah target yang dipasang sampai akhir tahun dapat tercapai. Apalagi, sejumlah proyek besar akan menambah tebal pundi perseroan seperti Bandar Udara Kulon Progo dan Pelabuhan Patimban.
“Ruang ekspansi masih cukup karena sudah ada uangnya. Semester II/2018 kami akan lakukan speed up,” jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (31/7).
Sebagai catatan, total liabilitas yang dimiliki PTPP Rp29,31 triliun per 30 Juni 2018. Terjadi kenaikan 6,46% dari posisi 31 Desember 2017.
Sementara itu, total ekuitas yang dimiliki RP14,73 triliun pada semester I/2018 atau naik 3,46% dari posisi Rp14,24 triliun pada akhir 2017.
PTPP mengantongi kontrak baru Rp17,60 triliun sampai dengan semester I/2018. Realisasi tersebut setara dengan 35,91% dari target kontrak baru Rp49 triliun pada tahun ini.
Di sisi lain, Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana menyebut kinerja perseroan pada semester I/2018 terdongkrak proyek strategis nasional (PSN). Pihaknya mengklaim pengerjaan seluruh proyek berjalan sesuai dengan rencana.
”Dengan posisi kas dan setara kas Rp9,93 triliun, total modal Rp14,97 triliun, total utang berbunga Rp14,18 triliun menunjukkan bahwa gross gearing ratio dan net gearing ratiohanya sebesar 0,95 kali dan 0,28 kali,” paparnya.
Angka tersebut, sambungnya, mencerminkan kemampuan keuangan WIKA yang masih jauh di atas utang yang dimiliki. Menurutnya, perbankan mensyaratkan batas rasio utang berbunga perseroan maksimum 2,5 kali.
Sejalan dengan pipeline sejumlah proyek yang dimiliki pada semester II/2018, WIKA merevisi naik target kontrak baru 2018. Perseroan saat ini masih mengikuti tender beberapa proyek infrastruktur seperti jembatan dan jalan.
Sementara itu, Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani menjelaskan bahwa interest bearing debt ratio perseroan masih berada di level 2 kali. Untuk penerbitan obligasi misalnya, perseroan memiliki syarat maksimal sampai dengan 5 kali.
“Masih oke untuk mengejar target tahun ini sambil kami harus menjaga covenant,” jelasnya.
Desi mengatakan akan melakukan berbagai langkah strategi keuangan. Salah satunya dengan mempertimbangkan obligasi proyek pada semester II/2018.
Di sisi lain, dia menyebut akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) dalam waktu dekat. Hal itu untuk menindaklanjuti permintan dari Menteri BUMN Rini M. Soemarno.
“Ada permintaan dari Menteri BUMN untuk review kinerja semester I/2018,” jelasnya saat dimintai konfirmasi.
Sebelumnya, Manajemen Waskita Karya menyatakan akan merevisi target 2018. Kondisi untuk menyesuaikan dengan kinerja keuangan serta kewajiban yang dimiliki perseroan.
Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading Phintraco Sekuritas Medan mengungkapkan level debt to equity ratio yang dimiliki oleh emiten BUMN Karya berbeda tiap perseroan. Oleh karena itu, ruang ekspansi yang dimiliki harus disesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing.
“Kalau dari data memang laba dan DER sama-sama mengalami pertumbuhan. Akan tetapi, untuk PTPP dan JSMR dengan laporan laba yang melambat alangkah baiknya untuk mengerem pertumbuhan dan utang,” jelasnya.
Sumber Bisnis.com