Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) optimis PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan mencatatkan kinerja positif di tahun 2018. Salah satu faktor pendorongnya adalah kinerja 2017 yang membaik. Perseroan membukukan penurunan rugi tahun berjalan sebesar 52,08% yakni menjadi setara Rp1,15 triliun dibandingkan rugi tahun 2016 setara Rp2,40 triliun. Perbaikan kinerja ini terlihat dari perolehan laba usaha perseroan tahun 2017 setara Rp443,36 miliar, tumbuh 254,86% dari nilai rugi usaha tahun 2016 sebesar Rp286,30 miliar.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menyatakan bahwa pihaknya telah memberikan arahan agar manajemen Krakatau Steel dapat segera menyelesaikan proyek-proyek investasinya. “Salah satu contohnya pabrik blast furnace. Nah itu akan diselesaikan tahun ini. Itu akan sangat membantu kinerja perusahaan,” jelas Harry di Jakarta, Rabu (28/03/2018).
Selain itu, emiten dengan kode KRAS itu tengah menata ulang semua portofolio anak perusahaannya. Tujuannya untuk lebih mengoptimalkan kontribusi pendapatan dari entitas perseroan. Ditambah lagi, KRAS tengah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah untuk bisa meningkatkan skala ekonomis dari produk baja. “Nama programnya yaitu Cilegon 10 juta ton Steel Cluster pada 2025. Kalau itu tercapai maka akan lebih baik lagi efisiensi yang didapat, hingga akhirnya pendapatan KRAS pun terus meningkat,” ujar dia.
Direktur Utama KRAS Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, menjelaskan membaiknya kinerja perseroan dipicu oleh naiknya harga jual rata-rata produk baja. Perseroan mampu meningkatkan pendapatan usaha menjadi setara Rp19,39 triliun dari Rp17,89 triliun di tahun 2016. Pertumbuhan KRAS juga terjadi pada total aset perseroan, di tahun 2017 total aset perusahaan meningkat menjadi Rp55,74 triliun atau naik 5,39% dari total aset tahun 2016 sebesar Rp52,89 triliun.
Menurut Mas Wigrantoro, KS telah menetapkan sejumlah langkah strategis untuk menghadapi tahun 2018. Antara lain, yakni dengan meningkatkan efisiensi biaya operasi, meningkatkan volume penjualan melalui perjanjian pasokan jangka panjang atau long term supply/agreement (LTSA) dengan pelanggan-pelanggan potensial serta sinergi dengan BUMN. Perseroan juga akan menjaga kehandalan fasilitas produksi, melakukan penyelesaian proyek-proyek strategis tepat waktu, menjaga likuiditas perusahaan untuk ketersediaan modal kerja dan menurunkan beban keuangan perseroan.
“Kami targetkan peningkatan penjualan (tahun 2018) sampai 40%. Kami akan terus melanjutkan sinergi BUMN dan memacu kinerja anak perusahaan. Kami semakin optimis kinerja perseroan semakin lebih baik lagi dan siap menghadapi segala tantangan di tahun 2018,” kata dia.
Di sisi lain, manajemen KRAS juga terus mengupayakan dukungan Pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang melindungi produk baja domestik dari membanjirnya produk impor dan praktik unfair trade. Sampai saat ini, pemerintah juga telah menetapkan berbagai kebijakan yang mendukung industri baja nasional. Antara lain penetapan bea masuk, penerapan ketentuan bea masuk anti dumping countervailing duties, safeguard di area free trade zone (Batam), penerapan standardisasi produk baja, peningkatan sinergi BUMN dan penerapan tingkat kandungan dalam negeri.
Sumber Siaran Pers Humas dan Protokol Kementerian BUMN