PT Pertamina punya sejumlah program kerja untuk implementasi dan akselerasi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam beberapa tahun mendatang.
Pertamina melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai Subholding Power and Renewable Energy Pertamina atau Pertamina NRE memproyeksikan kebutuhan investasi akan mencapai US$ 12 miliar.
“Fokus utama di 2 sampai 3 tahun pertama adalah PLTS di internal Pertamina yang memiliki potensi hingga 500 MW,” kata Dicky
Dicky melanjutkan, proyek strategis lainnya yakni gas to power, geothermal hingga pengembangan hidrogen.
Adapun, saat ini untuk implementasi PLTS telah terealisasi di kompleks Kilang Cilacap sebesar 1,4 MW, 99 titik SPBU dari target 5.000 SPBU, PLTS Sei Mangkei sebesar 2 MW dan PLTS di Kompleks Kilang Dumai sebesar 2 MW. “Untuk hidrogen, saat ini sedang tahap kajian perizinan serta persiapan lainnya,” ujar Dicky.
Kontan mencatat, untuk pengembangan hidrogen, Pertamina bakal melakukan pengembangan pada Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) eksisting.
Sebagai tahapan awal, produksi green hydrogen ditargetkan sebesar 100 kilogram (kg) per hari dan dapat dimulai pada tahun ini.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada PT Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menyusun dan segera mengimplementasikan grand strategy transisi energi fosil ke EBT.
Jokowi pun meminta agar kedua perusahaan tak menunda-nunda rencana yang sudah ada.
Kalau sudah ada rencana dan sudah kita sepakati, jangan ngulur-ngulur. Sekarang ini yang namanya perubahan itu setiap hari berubah, setiap minggu berubah,” ungkap Jokowi dalam Rapat Pengarahan Presiden kepada Komisaris dan Direksi Pertamina-PLN, Sabtu (20/11).
Sumber Kontan, edit koranbumn















