Emiten grup BUMN Farmasi, PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) mencetak kinerja laba bersih tumbuh hingga Rp302,2 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021 yang telah diaudit dan diterbitkan pada Harian Bisnis Indonesia, Kamis (31/3/2022), emiten berkode KAEF ini mencetak kinerja penjualan bersih sebesar Rp12,85 triliun tumbuh 28,49 persen dibandingkan dengan 2020 yang sebesar Ro10 triliun.
Beban pokok penjualan turut naik menjadi Rp8,46 triliun dari Rp6,34 triliun, sehingga laba bruto perseroan tetap naik menjadi Rp4,39 triliun pada 2021 dari Rp3,55 triliun pada 2020.
Selanjutnya, beban usaha turut meningkat menjadi Rp3,5 triliun dari Rp3,32 triliun, sementara pendapatan lain-lain turun menjadi Rp83,24 miliar dari Rp330,18 miliar.
Dengan selisih kurs mata uang asing yang positif Rp6,63 miliar dari rugi selisih Rp8,28 miliar, KLBF mencetak laba usaha sebesar Rp985,63 miliar pada 2021 naik dari Rp653,02 miliar pada 2020.
Alhasil, jumlah laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih KAEF tumbuh 16,13 kali lipat menjadi Rp302,27 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp17,63 miliar.
Laba per saham dasar pun naik drastis menjadi Rp54,42 per lembar pada 2021 dibandingkan dengan Rp3,18 per lembar pada 2020.
Adapun, jumlah aset KAEF naik tipis menjadi Rp17,76 triliun pada 2021 dibandingkan dengan Rp17,56 triliun pada 2020. Rinciannya, jumlah aset lancar naik menjadi Rp6,3 triliun dari Rp6,09 triliun, sedangkan jumlah aset tidak lancar turun tipis menjadi Rp11,45 triliun dari Rp11,46 triliun.
Di sisi lain, jumlah liabilitas KAEF naik tipis menjadi Rp10,52 triliun pada 2021 dibandingkan dengan Rp10,45 triliun pada 2020. Jumlah liabilitas jangka pendek perseroan turun menjadi Rp5,98 triliun dari Rp6,78 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang naik menjadi 4,54 triliun dari Rp3,67 triliun.
Posisi ekuitas KAEF per 31 Desember 2021 naik tipis menjadi Rp7,23 triliun dari Rp7,1 triliun pada 2020. Sementara itu, posisi kas dan setara kas akhir periode 2021 turun menjadi Rp748,48 miliar dari 2020 yang sebesar Rp1,24 triliun.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Kimia Farma Lina Sari mengungkapkan hingga akhir tahun 2021 ini, kami optimis Perseroan dapat mengalami pertumbuhan double digit.
“Untuk pertumbuhan topline dan bottom line tahun depan di kisaran 20 persen. Sementara itu, untuk belanja modal berkisar Rp1 triliun,” katanya kepada Bisnis, Rabu (29/12/2021).
Pada 2022, seiring dengan perkembangan perekonomian yang semakin membaik dan stabil, emiten berkode KAEF ini juga optimistis mengalami pertumbuhan signifikan dibandingkan dengan 2021.
Beberapa strategi yang akan dilaksanakan oleh Perseroan pada 2022 mulai dari peningkatan penjualan, efisiensi operasional dan pengembangan bisnis serta produk, yang akan mendukung pertumbuhan kinerja tahun depan.
“Untuk belanja modal di tahun 2022, sebagian besar Perseroan akan gunakan untuk pengembangan bisnis dan produk serta untuk pemenuhan regulasi industri farmasi dan kesehatan,” terangnya.
Sebagai gambaran, KAEF membukukan pendapatan sebesar Rp10 triliun pada 2020. Perolehan itu tumbuh 6,4 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp9,4 triliun.
Dari itu, KAEF berhasil mencetak laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp17,63 miliar pada 2020. Perolehan itu berbanding terbalik dengan perolehan 2019 yang mencatatkan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp12,72 miliar.
SUmber Bisnis, edit koranbumn