Pemerintah Indonesia meminta industri pertambangan untuk melakukan hilirisasi industri mineral dan pertambangan. Presiden Jokowi baru-baru ini mengemukakan ke depan Indonesia tidak akan mengeskpor bahan mentah lagi.
Untuk itulah perusahaan diminta secepatnya melakukan hilirisasi produk di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Hilirisasi Industri pertambangan sudah dilakukan PT Timah Tbk. Perusahaan yang bergerak di pertambangan timah ini telah sejak lama melakukan hiliriasi timah dengan mendirikan anak usaha PT Timah Industri pada tahun 1998 dan sejak 2010 PT Timah Industri memproduksi tin chemical dan kemudian tin solder di tahun 2015.
“PT Timah sudah melakukan hilirisasi timah sejak dulu dengan mendirikan PT Timah Industri yang concern dalam melakukan hilirisasi timah. Tujuan utamanya adalah meningkatkan nilai tambah dengan ekspansi pasar khususnya produk turunan timah,” kata Direktur Utama PT Timah Mochtar Riza Pahlevi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (20/12).
Kehadiran PT Timah Industri juga berperan dalam mendukung serapan konsumsi timah dalam negeri, sebagaimana diketahui lebih dari 90% logam timah produksi Indonesia dieskpor ke luar negeri.
Direktur Utama PT Timah Industri, Ria Wardhani Pawan mengatakan saat ini PT Timah Industri sebagai perusahaan manufaktur, telah menerapkan standar internasional dan nasional serta standar lainnya seperti FDA untuk Pasar Amerika dan REACH untuk Pasar Eropa.
Ria menuturkan Timah Industri telah melakukan hilirisasi logam timah dengan membuat produk tin chemical dan tin solder untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor ke Amerika, India, Tiongkok, Taiwan dan beberapa negara Eropa. Kebutuhan pasar tin chemical dan tin solder dalam negeri masih sangat kecil.
“Hilirisasi logam timah menjadi tin solder dapat meningkatkan value added menjadi sekitar dua kali lipat sedangkan dari logam timah menjadi tin chemical sekitar tiga kali lipat,” urainya.
Timah Industri saat ini memiliki 3 pabrik kimia dan 1 pabrik tin solder yaitu Stannic Chloride (SnCl4) berkapasitas 3.000 ton dengan merek BANKASTANNIC, Dimethyltin Dichloride (DMT) berkapasitas 8.000 ton dengan merek BANKASTAB DMT Series, kemudian, Methyltin Stabilizer (MTS) berkapasitas 10.000 ton dengan merek BANKASTAB MT Series, dan tin solder berkapasitas 2.000 ton dengan merek BANKAESA.
Ria menerangkan, produk tin solder digunakan pada industri elektronik dan otomotif, sedangkan tin chemical digunakan pada industri Polyvinyl chloride (PVC) sebagai bahan aditif tin stabilizer untuk pembuatan pipa konstruksi, profile, plastik PVC transparan dan lainnya.
Sumber Timah, investor.id