Menteri BUMN Erick Thohir menginginkan Indonesia menjadi negara pop culture. Ia ingin Indonesia sejajar dengan negara-negara besar di bidang yang sama seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan Korea.
“Saya membuat statement waktu itu kita harus menjadi negara pop culture. Kenapa pop culture? Indonesia memiliki pondasinya, pertama adalah pasar di mana kita negara dengan pasar yang besar,” ujar Erick Thohir dalam diskusi daring bersama pelaku ekonomi kreatif di Jakarta, Sabtu (17/7)
Menteri BUMN menjelaskan bahwa faktor kedua adalah banyak generasi muda yang bisa membuat tren. Faktor ketiga, Indonesia memiliki nilai kreativitas yang luar biasa. Dengan demikian Indonesia sudah memiliki pondasi kuat untuk menjadi negara pop culture, yakni pasar, populasi muda, tren, dan kultur yang sangat kuat.
Erick meyakini kalau serius membangun dengan roadmap yang ada, apalagi ada kolaborasi dalam arti tidak hanya pendampingan, pendanaan, dan pasar maka ini akan menjadi ekosistem yang mendukung pop culture. “Ini yang tadi kalau kita jadi negara pop culture, kita posisinya bisa di atas dan kita bisa sejajar dengan Amerika Serikat, Korea, Jepang, dan turunannya menjadi tren. Apa-apa sekarang Korea, drama Korea, lagu Korea, bahasa Korea, kosmetik Korea, susu Korea. Jepang mengawali sebagai negara pop culture kemudian disusul oleh Korea,” katanya.
Menurut Erick, Amerika Serikat berkelanjutan atau sustain sebagai negara pop culture. Inggris bagaimana membangun sebagai negara pop culture melalui olahraga, musik, film, dan sebagainya. “Ini yang saya ingin tawarkan, kita buat roadmap-nya dulu bersama-sama, mana titik-titik yang bisa kita lihat akan menjadi pohon yang berbuah apakah itu konten, ecommerce, kuliner, traveling wisata alam, dan lainnya. Namun yang kita mau kita memupuki di satu titik yang pasti akan menjadi pohon besar, baru nanti komunitasnya akan hidup di situ,” ujarnya.
Menurut Menteri BUMN, dari hal tersebut maka akan bisa melihat juga pemetaan per pulau, daerah, kota/kabupaten karena masing-masing memiliki ciri khas berbeda. Hal ini dikarenakan tidak bisa semua kota atau daerah dipaksakan dengan roadmap yang sama.
“Tadi sepakat ada paparan mungkin ada satu kota yang menjadi production center, mungkin ada satu kota yang menjadi market center. Apalagi kalau kita bicara food atau makanan, ada yang tanahnya cocok dan tidak. Hal-hal ini saya rasa jangan menjadi wacana, mimpinya ada, pondasinya ada, roadmap-nya harus dibuat. BUMN-nya tidak perlu dibicarakan, pasti hadir dan mendukung,” kata Erick Thohir.
Erick menambahkan keberpihakan pasti ada. BUMN diubah kulturnya yakni melayani, jangan menjadi birokrat, dan jangan pernah lelah melayani rakyat.
sumber : Antara, Republika edit koranbumn