Pemerintah memerintahkan pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter atau DME untuk dapat rampung dalam 30 bulan atau 2,5 tahun. Groundbreaking berlangsung hari ini, Senin (24/1/2022), berarti proyek tersebut harus rampung pada Juli atau Agustus 2024.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam groundbreaking pembangunan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME di Kawasan Industri Tanjung Enim, Sumatera Selatan pada pagi ini. Dia mendampingi Presiden Joko Widodo di acara tersebut.
Bahlil menjelaskan bahwa proyek tersebut merupakan hasil tindak lanjut penandatangan nota kesepahaman antara Kementerian Investasi dengan Air Products and Chemical Inc. (APCI) pada 4 November 2021 di Dubai, Uni Emirat Arab. Proyek itu memiliki rencana investasi sebesar US$2,3 miliar atau setara dengan Rp32,9 triliun.
“Realisasi investasi ini harusnya memakan waktu 36 bulan, tapi kami rapat dengan Air Products dan minta diselesaikan dalam waktu 30 bulan,” ujar Bahlil pada Senin (24/1/2022).
Dengan asumsi awal, realisasi investasi proyek DME akan rampung 36 bulan setelah groundbreaking pada hari ini atau sekitar Januari atau Februari 2025. Percepatan realisasi investasi menjadi 30 bulan dapat membuat proyek tersebut rampung pada Juli atau Agustus 2024—berada di tahun politik.
Di proyek itu, produksi PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) di Tanjung Enimsebanyak 6 juta ton per tahun akan diproses menjadi DME dengan kapasitas 1,4 juta ton per tahun. Menurut Bahlil, hal tersebut dapat mengonversi penggunaan elpiji.
Nilai kesetaraan elpiji dibandingkan DME adalah 1 banding 1,31. Artinya, jika produksi DME di Tanjung Enim sebesar 1,4 juta ton per tahun, Bahlil meyakini bahwa akan memangkas impor elpiji sebesar 1,06 juta ton per tahun.
Lebih lanjut, Bahlil menyampaikan bahwa di fase konstruksi proyek ini mampu menyerap sekitar 11.000—12.000 tenaga kerja. Lalu, terdapat penambahan 3.000—4.000 tenaga kerja saat mulai berproduksi komersil, belum termasuk penyerapan tenaga kerja tidak langsung dua hingga tiga kali lipat sebagai multiplier effect dari suatu investasi langsung.
Berdasarkan skema bisnis proyek tersebut, pada tahap awal Air Products akan melakukan pembangunan fasilitas produksi dan pembiayaan proyek hilirisasi batu bara menjadi DME.
Dua tahun setelah berproduksi komersial, PTBA dan PT Pertamina (Persero) akan memasukan ekuitas ke dalam proyek tersebut melalui skema joint venture.
Jokowi menyampaikan bahwa perintah terkait hilirisasi, industrialisasi, dan pentingnya mengurangi impor telah ada sejak enam tahun lalu. Melalui hilirisasi batu bara menjadi DME pemerintah dapat mengurangi subsidi elpiji hingga Rp7 triliun per tahun, dan jika penggunaan elpiji sepenuhnya beralih ke DME maka terjadi pengurangan subsidi hingga Rp60—70 triliun.
“Itu yang kita kejar. Kita bisa memperbaiki neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan karena tidak impor,” ujar Jokowi dalam sambutannya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn