Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan dari 722 emiten yang telah menyampaikan laporan keuangan kuartal I/2022, secara total telah terjadi peningkatan laba secara tahunan sebesar 110,01 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi dalam konferensi pers dalam rangka 45 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia secara hybrid di hari ini, Rabu (10/8/2022) menyampaikan beberapa pencapaian dari pasar modal di tengah tekanan global saat ini.
“Jika kita melihat kinerja emiten berdasarkan laporan kuartal I/2022, tumbuh positif dari 722 yang telah menyampaikan laporan kuartal I/2022 terdapat peningkatan total laba secara year on year (yoy) sebesar 110,01 persen menjadi Rp167,53 triliun,” ungkapnya dalam acara 45 Tahun Diaktifkan Kembali Pasar Modal, dikutip Rabu (10/8/2022).
Berdasarkan laporan keuangan yang dikumpulkan OJK, total laba emiten di kuartal I/2022 meningkat signifikan menjadi Rp167,52 triliun sementara pada kuartal I/2021 sebesar Rp79,77 persen.
Adapun total pendapatan juga mengalami peningkatan sebesar 20,13 persen dari Rp963,06 triliun pada kuartal I/2021 menjadi Rp1.156,92 triliun pada kuartal pertama tahun ini.
Bukan hanya secara tahunan, Inarno juga menyampaikan bahwa capaian kinerja emiten di kuartal I/2022 telah melewati pertumbuhan sebelum pandemi yaitu di kuartal I/2019.
“Kinerja emiten tersebut sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelum terjadi pandemi di kuartal I/2019. Kalau dilihat dari emiten-emiten ini cukup optimis menghadapi gejolak-gejolak yang ada,” jelasnya.
Di mana jika melihat secara historis, dari 598 emiten tercatat pada kuartal I/2019, laba dan pendapatan perseroan yoy naik masing-masing sebesar 1,76 persen dan 5,55 persen. Kemudian memasuki setahun pandemi di kuartal I/2020 laba dan pendapatan 672 perseroan merosot masing-masing sebanyak 36,30 persen dan 2,92 persen.
Kemudian pada kuartal I/2021 terjadi perbaikan dengan pertumbuhan laba dari 698 emiten sebesar 22,28 persen, akan tetapi pendapatan dari total emiten tersebut masih turun 0,31 persen. Lalu barulah pada kuartal I/2022 kembali tumbuh secara signifikan.
Lebih lanjut, berdasarkan data laporan kuartal II/2022 yang baru disampaikan 314 emiten, Inarno menyebutkan terdapat beberapa sektor yang membukukan rata-rata pertumbuhan yang nilai laba signifikan.
Adapun sektor tersebut diantaranya teknologi dengan porsi terbanyak, kemudian transportasi, dan logistik, serta emiten yang bergerak di sektor energy.
Beralih pada kinerja pasar modal, setelah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah dari pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun nilai kapitalisasi pasar pada April 2022 lalu atau kuartal II/2022. Inarno mengungkapkan bahwa kuartal II dan III tahun ini masih diwarnai oleh dinamika pasar akibat tekanan inflasi global.
“Namun hingga penutupan perdagangan Selasa (9/8/2022), indeks masih mencatatkan kinerja yang sangat baik yaitu sebesar 7.102 tumbuh 7,92 year to date (ytd). Sementara itu nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp9.315 triliun meningkat 12,83 persen ytd,” ungkapnya.
Capaian kinerja IHSG dan kapitalisasi pasar di BEI ini jelas Inarno merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga. Bahkan katanya hampir semua bursa Asia mengalami pertumbuhan yang negatif.
Selanjutnya mengenai penghimpunan dana sepanjang 2022, terus mengalami peningkatan. OJK mencatatkan terdapat 149 penawaran umum dengan total emisi sebesar Rp151,18 triliun per Senin (8/8/2022).
Melalui 149 penawaran umum tersebut 48 diantaranya adalah emiten baru yang terdiri dari 41 emiten saham dan 7 emiten EBUS.
Melanjutkan pertumbuhan lain, kinerja pasar syariah juga yang tercermin dalam Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) per 9 Agustus 2022 mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,79 persen ytd, dengan berada di level 209,42 sementara per 30 Desember 2022 berada di level 189,02.
Kapitalisasi pasar saham syariah pun ikut tumbuh sebesar 11,79 persen ytd dari Rp3.983,65 triliun menjadi Rp4.453,24 triliun.
Di tengah pertumbuhan tersebut, Inarno mengungkapkan bahwa kinerja reksa dana masih mengalami sedikit penurunan. Walaupun menurutnya penurunan yang terjadi tidak signifikan
Dia memaparkan hingga 5 Agustus 2022, total NAB reksa dana menurun 5,05 persen dari Rp578,44 triliun per 30 Desember 2021 menjadi Rp549,23 triliun. Sementara nilai total AUM juga menurun 0,98 persen ytd dari Rp849,21 triliun menjadi Rp842,41 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn