Pelindo III terus mendorong pengembangan di Pelabuhan L-Say Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama pembangunan fasilitas pelayanan untuk kapal penumpang. Awal tahun 2018 ini Pelindo III bersama mantan Gubernur NTT Frans Lebu Raya telah meresmikan gedung terminal penumpang Pelabuhan L-Say Maumere dan Pelabuhan Ende . “Pada tahun 2019 ditargetkan pembangunan dermaga sepanjang 150 meter sudah selesai. Sehingga bisa dimanfaatkan bersamaan dengan gedung terminal penumpang yang berkapasitas hingga 1.000 penumpang,” kata Corporate Secretary Pelindo III Faruq Hidayat, Jumat (12/10).
Ia mengungkapkan, meski kontribusi pendapatan korporat yang didapat dari pelayanan penumpang hanya sekitar 2 persen atau jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan layanan bongkar muat barang. Namun Pelindo III tetap terus merenovasi dan membangun sejumlah gedung penumpang di berbagai terminal yang dioperasikannya. Secara total ada 11 gedung terminal penumpang yang sedang dikerjakan. Selain Maumere dan Ende, yakni Tenau Kupang, Lembar, Sampit, Kumai, Batulicin, Bima, Waingapu, Kalabahi, dan Ippi.
“Ini menunjukkan wujud nyata komitmen BUMN Hadir untuk Negeri, yang artinya BUMN juga berperan sebagai agen pembangunan bagi negara untuk meningkatkan pelayanan kepada seluruh masyarakat. Termasuk masyarakat di Kawasan Timur Indonesia yang menjadikan kapal laut sebagai moda transportasi utama untuk berpergian dari satu pulau ke pulau lainnya. Dengan kualitas infrastruktur yang sama baiknya dengan di daerah lain, diharapkan pelayanan kepada penumpang juga bisa terstandarisasi,” tambahnya.
Pada kesempatan terpisah, dari Maumere, GM Pelindo III Pelabuhan Maumere Yuvensius Andre Kartiko menyebutkan bahwa Pelabuhan Maumere melayani kapal penumpang dengan rute pelayaran utama jurusan Makasar – Maumere – Kupang dan sebaliknya. “Hingga September tahun ini, tercatat jumlah penumpang turun (debarkasi) 52.169 orang dan penumpang naik (embarkasi) sejumlah 49.417 orang. Dengan rata-rata per bulan ada 15 kapal penumpang yang sandar di Pelabuhan Maumere,” jelasnya.
Sedangkan untuk layanan kargo, masih berdasarkan data Pelindo III, rata-rata ada 7 kapal peti kemas dan 2 kapal general cargo yang sandar. Hingga September tahun ini arus peti kemas tercatat hingga 12.723 boks atau setara dengan 14.220 TEUs dengan rata-rata per bulan mencapai 1.414 boks atau setara 1.580 TEUs. Kemudian untuk arus general cargo hingga periode yang sama telah mencapai 24.207 ton dan 1.404 meter kubik kargo.
“Untuk mengakomodir peningkatan arus penumpang, Pelindo III saat ini sedang membangun akses jalan. Kemudian untuk mengantisipasi peningkatan arus barang, fasilitas lapangan penumpukan juga akan dimulai proses perbaikannya. Hal tersebut agar kinerja pelabuhan semakin produktif demi mendukung kebutuhan transportasi logistik seperti komoditas mete, kopra, kakao, cengkeh, dan asam yang diproduksi oleh masyarakat,” tambah Andre Kartiko lagi.
Menanggapi pemberitaan sebelumnya mengenai upah tenaga kerja bongkat muat (TKBM), Pelindo III bersama pihak-pihak yang berkepentingan di pelabuhan bersedia menjadi mediator hubungan industrial dengan pihak-pihak terkait TKBM. Sebagai operator pelabuhan, Pelindo III tidak memiliki hubungan industrial langsung dengan para pekerja bongkat muat. Para pekerja bongkat muat ini bekerja di bawah koordinasi Koperasi TKBM.
“Pelindo III berharap melalui mediasi ini dapat menemukan kesepakatan win-win solution, sehingga produktivas pelabuhan dapat terus meningkat dan investasi yang dilakukan Pelindo III dapat termanfaatkan dengan baik,” tutupnya.
Sumber Pelindo 3