PT Pelabuhan Indonesia (Persero)/ Pelindo kini fokus mengembangkan Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT). Kawasan industri yang berlokasi di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, ini berjarak satu kilometer dari Pelabuhan Kuala Tanjung.
Kawasan Industri Kuala Tanjung dikelola anak perusahaan Pelindo, yakni PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) melalui anak usahanya PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK). Sementara itu, Pelabuhan Kuala Tanjung dikelola anak perusahaan Pelindo yang lain, yakni PT Pelindo Multi Terminal (SPMT).
“Sampai akhir tahun lalu, PT Prima Pengembangan Kawasan sudah membebaskan lahan seluas 57 hektare. Lahan tersebut berada dalam satu hamparan,” kata Direktur Utama PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) Joko Noerhudha di Jakarta, 31 Januari 2024.
Joko menjelaskan, sepanjang tahun 2024, PT PPK akan fokus pada fase pertama, yakni pekerjaan pembersihan lahan dan pematangan lahan yang sudah dibebaskan. “Kita juga sekalian mengurus sertifikat dan perizinannya,” katanya.
Pada fase berikutnya, kata Joko, PT PPK akan fokus pada pekerjaan pembangunan pintu gerbang (gate) dan jalan masuk. Pada fase ketiga, Pelindo akan membereskan pekerjaan infrastruktur dasar. “Kita akan bekerja sama dengan sejumlah BUMN dan perusahaan daerah,” ujar Joko lagi.
Untuk pengadaan listrik, PT PPK akan mengajak PT PLN (Persero). Gas akan disediakan PT Pertagas Niaga, anak perusahaan Pertamina. Jaringan telekomunikasi akan digarap sejumlah provider. Air akan disuplai PDAM Tirta Tanjung, perusahaan daerah milik Kabupaten Batubara.
Berbarengan dengan pekerjaan infrastruktur dasar, PT PPK juga gencar mempromosikan dan memasarkan KIKT melalui berbagai forum kegiatan investasi. Salah satunya adalah dalam North Sumatera Invest Promotion Forum 2023 di Jakarta pada 21 Agustus 2023 lalu.
Pelindo pada 2024 ini akan fokus pada pengembangan kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan. “Kita mulai bergerak dari pelayanan pelabuhan (gateway) yang efisien menuju traffic stimulator,” kata Direktur Utama Pelindo Arif Suhartono di Jakarta, 31 Januari 2024.
Menurut Arif, dengan kondisi ekonomi global dan Indonesia yang cenderung stagnan, lalu lintas arus barang akan meningkat terbatas. Karena itu, Pelindo berkepentingan menaikkan volume lalu lintas arus barang dengan mendorong pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri (hinterland) agar pertumbuhan perusahaan bisa meningkat lebih tinggi.
Saat ini, Pelindo sedang mengembangkan tiga pelabuhan yang terintegrasi dengan kawasan industri, yakni Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur, bekerja sama dengan AKR Corporindo, Terminal Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, dan Kuala Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
“Tujuannya adalah menciptakan biaya logistik yang lebih efisien dan sekaligus mendorong penguatan ekonomi kawasan,” kata Arif lagi. Dia menambahkan, JIIPE memiliki penyewa-penyewa yang terkoneksi dengan PT Freeport Indonesia. Di JIIPE, Freeport memiliki pabrik pemurnian logam (smelter). Luas kawasan industri di JIIPE mencapai 1.761 hektare.
Di Kijing, Pelindo saat ini sudah menguasai lahan seluas 124 hektare yang disiapkan sebagai kawasan industri. Lokasinya persis di belakang Terminal Kijing. Pelabuhan dan kawasan industri ini bisa mengakomodasi dua komoditas utama Kalimantan Barat, yakni minyak kelapa sawit dan bauksit. Cadangan bauksit di Kalimantan Barat mencapai 67 persen dari total cadangan Indonesia.
Kuala Tanjung sudah menjadi basis industri minyak kelapa sawit dan logam di Sumatera Utara. Keberadaan kawasan industri yang menyatu dengan pelabuhan akan membuat arus barang lancar dan efisien. Apalagi, KIKT juga sudah terhubung dengan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei melalui jalan tol dan jalur kereta api.