Perum Perhutani menargetkan pendapatan dari lini bisnis pariwisata mencapai Rp250 miliar pada tahun depan.
Direktur Operasi Perum Perhutani Hari Priyanto menargetkan pendapatan wisata tahun depan sampai Rp250 miliar rupiah dengan 20 juta kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
“Kita berharap target ini dapat tercapai sehingga dapat mendongkrak pendapatan perusahaan sekaligus mengukuhkan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia,” ungkap Hari melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Kamis (27/12/2018).
Hari menyatakan pendapatan bisnis wisata Perum Perhutani sampai dengan Oktober 2018 sebesar Rp153 miliar dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 13,3 juta orang. Angka ini meningkat 37% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017.
Target ini realistis mengingat Perum Perhutani telah berupaya meningkatkan kualitas tempat wisata yang dikelola dengan menyerahkan Sertifikat Standarisasi Pengelolaan Usaha Wisata Alam “Canopy” Tahun 2018 kepada masing-masing penanggungjawab dari tujuh lokasi wisata yang telah memenuhi standar. Canopy merupakan brand atau identitas yang menaungi beragam karakter wisata alam Perhutani dengan jaminan standar produk, pelayanan dan pengelolaan yang profesional dan berkualitas.
Hari menyatakan bahwa pelaksanaan audit standarisasi Canopy dilakukan oleh tim auditor internal yang telah memiliki sertifikat audit dari TUV Rheinland. Adapun TUV Rheinlad merupakan sebuah organisasi swasta dalam bidang layanan pengujian, inspeksi dan sertifikasi yang berkantor pusat di Cologne, Jerman. Lokasi wisata yang lulus audit dan memperoleh sertifikat dapat menggunakan brand Canopy selama dua tahun.
Adapun rebranding ecotourism dengan Canopy telah dimulai oleh Perum Perhutani sejak 2017. Tujuannya, kata Hari untuk strategi pengelolaan wisata alam Perhutani yakni transformasi dan restrukturisasi bisnis.
Bisnis wisata alam Perhutani kini berjumlah 641 destinasi dan akan terus ditingkatkan dengan cara melakukan standarisasi yang lebih profesional dan berkualitas. Dalam pengelolaan objek wisata, Perum Perhutani bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) menggunakan sistem sharing. Selain itu, terdapat pula kerjasama berbentuk tripartite antara Perum Perhutani, LMDH dan Pemerintah Daerah ataupun investor.
“Dari sektor pendapatan pun sudah terlihat peningkatan yang cukup signifikan sejak diluncurkannya brand baru pengelolaan wisata ini”, jelasnya.
Sejak 2015 Perhutani juga bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang pengembangan wana wisata di kawasan hutan. Kerjasama ini merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk pengembangan bisnis wisata alam Perhutani menuju kinerja pengelolaan wisata yang lebih baik lagi di masa depan.
Sumber Bisnis / edit koranbumn.com