Direktur Collection & Asset Management PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Nixon Napitupulu menyampaikan, tantangan likuiditas memang menjadi salah satu fokus perseroan dalam mengarungi bisnis bank pada tahun ini.
“Yang kami agak tough ke depan mungkin di likuiditas, itu lebih tough di situ. Kredit sejelek-jeleknya bisa kami turunkan target ekspansi, which is, itu tidak terlalu signifikan, tapi kalau dana tidak dapat, itu jadi melihatnya sampai akhir tahun sih di sisi funding,” ungkapnya di Jakarta belum lama ini.
Untuk menyiasati tantangan likuiditas dan pendanaan tersebut, perseroan berupaya meningkatkan komposisi dana murah, khususnya dana giro. Nixon menyatakan, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menjalin kerja sama dengan berbagai institusi pemerintah.
“Memang yang sedang kita kejar sih kerja sama, misalnya BTN dengan institusi pemerintah, terkait pengelolaan uang kasnya. Kami kan giro lumayan naiknya, salah satunya karena perguruan tinggi, dan institusi, ada beberapa program yang kita jalankan secara masif di sana,” ujarnya.
Selain itu, perseroan juga menimbang kemungkinan penarikan pinjaman bilateral untuk menutupi kebutuhan pendanaan. Sebelumnya, Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko mengatakan bahwa perseroan sudah menarik fasilitas tersebut pada bulan lalu.
Namun, Nixon tidak memungkiri bahwa dalam kondisi pengetatan kebijakan moneter seperti saat ini memang berdampak pada penurunan margin bunga bersih. Hal itu, menurutnya, lebih baik daripada harus menghadapi kenaikan non performing loan (NPL) akibat suku bunga kredit yang naik.
“Kalau sebelumnya kami bilang NIM bisa 4,8% sampai 5%, sekarang kami bilang, on the mark, 4,8% sampai akhir tahun,” ujarnya.
Sampai dengan Agustus, penyaluran kredit emiten perbankan berkode BBTN tersebut mencapai Rp196,25 triliun, tumbuh 18,88% secara tahunan. Sementara itu, DPK tercatat sebesar Rp178,71 triliun, tumbuh 18,86% secara tahunan.
Berdasarkan catatan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), LDR perbankan mencapai 93,2% per akhir Agustus. Jika dilihat berdasarkan ukurannya, Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III mencatatkan LDR paling tinggi di industri, tepatnya pada level 102,6%, sedangkan BUKU IV mencatatkan rasio tersebut pada level 89,2%.
Peningkatan rasio tersebut terjadi beriringan dengan kenaikan suku bunga deposito perbankan, khususnya suku bunga spesial. Sejak April, BUKU III dan BUKU IV mencatatkan rata-rata kenaikan suku bunga deposito spesial sebesar 94 bps dan 119 bps.
Sumber bisnis.com