Perum Perhutani mencatat kinerja positif di paruh pertama tahun 2018 ini. Perusahaan pelat merah sektor kehutanan ini mampu meraup pendapatan sebesar Rp 1,8 triliun, meningkat 26% dari periode sama tahun lalu. Perusahaan ini juga mengantongi laba bersih sebesar Rp 469 miliar atau naik 63% dari tahun 2017.
Dengan kinerja positif sampai pertengahan tahun ini, maka Perhutani optimis dapat meraih pendapatan hingga Rp 3,8 triliun pada akhir tahun 2018. Bila target itu tercapai, maka kinerja Perhutani meningkat 8,5% dari tahun lalu yang sebesar Rp 3,5 triliun.
“Kami menargetkan laba bersih bisa meningkat 23% dibandingkan tahun lalu, atau menjadi Rp 501 miliar dari Rp 406 miliar di 2017,” ujar Dirut Perhutani Denaldy M. Mauna ke Kontan.co.id, Selasa (21/8).
Kinerja yang cukup baik, menurut Denaldy, merupakan dampak dari sejumlah strategi keluar dari kerugian. Upaya itu antara lain restrukturisasi perusahaan mulai kuartal IV 2016 dan transformasi bisnis mulai tahun 2017. Dengan upaya tersebut maka terjadi perubahan struktur organisasi di Perhutani menjadi lebih ramping.
Perhutani juga menerapkan Business Process Reengineering (BPR) di berbagai lini usaha untuk meningkatkan kualitas, kecepatan dan efisiensi biaya. Adanya rebranding wisata Canopy di dua lokasi percontohan yaitu Kawah Putih di Ciwidey dan Banyunget di Trenggalek juga memberikan kontribusi dalam peningkatan laba tahun 2017.
Agar pertumbuhan kinerja bisnis bisa berkelanjutan, maka Perhutani menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp 800 miliar pada tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk merevitalisasi pabrik dan melakukan penanaman pohon untuk hutan seluas 30.000 hektare.
Perhutani juga akan mengembangkan tanaman biomassa sampai 200.000 ha dengan menggandeng investor Jepang dan Korea. Saat ini tahapan pengembangan tanaman biomassa masih dalam tahap finalisasi master plan. Tanaman ini akan memenuhi kebutuhan bioenergi sebagai sumber bahan baku listrik.
Pengembangan tanaman biomassa didasari keberhasilan percontohan tanaman biomassa yang dilakukan sejak 2014. Apalagi Perhutani akan menggunakan bioenergi dalam mengelola World Class Ecopark yang saat ini dalam proses studi kelayakan.
Sumber kontan.co.id