Petrokimia Gresik menutup akhir tahun dengan capaian kinerja memuaskan atau sesuai target dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2020. Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo mengungkapkan, pada akhir 2020 kuantum produksi pupuk Petrokimia Gresik mencapai 4,79 juta ton atau 104 persen dari RKAP 2020 yakni 4,61 juta ton.
“Sedangkan untuk produksi non-pupuk mencapai 3 juta ton atau 105 persen dari RKAP 2020 yakni 2,8 juta ton. Walaupun sebagian pabrik telah berusia lebih dari 25 tahun, melalui berbagai upaya dan inovasi yang dilakukan, Petrokimia Gresik berhasil menjaga produktivitasnya tetap optimal,” ujar Dwi Satriyo melalui siaran tertulisnya, Senin (4/1).
Pabrik yang telah berusia tersebut, lanjutnya, menjadi salah satu tantangan strategis perusahan saat ini. Disamping tantangan strategis lainnya, seperti kondisi ekonomi-politik global, kurs dolar AS, pasokan dan harga gas bumi, pengalihan subsidi pupuk, dan sebagainya.
Untuk kinerja penjualan, Petrokimia Gresik mencatat penjualan pupuk bersubsidi, pupuk non-subsidi dan non-pupuk sebesar 7,1 juta ton atau 108 persen dari RKAP. Sedangkan untuk kinerja keuangan, total pendapatan mencapai Rp. 27,35 triliun atau 103 persen dari RKAP, dan membukukan laba Rp1,2 triliun atau 100 persen dari RKAP (unaudited).
“Alhamdulillah, walaupun di tengah wabah Covid-19, secara umum Petrokimia Gresik masih mampu memberikan kinerja yang baik dan tetap berkontribusi positif bagi negara,” ujar Dwi Satriyo.
Menurutnya, capaian kinerja perusahaan ini juga tidak lepas dari pertumbuhan sektor pertanian nasional. Seperti diketahui, pertanian menjadi salah satu sektor yang berhasil tumbuh di tengah banyak sektor lain mengalami perlambatan akibat wabah Covid-19.
Tahun 2021, kata Dwi Satriyo, merupakan masa transisi karena dampak wabah Covid-19 masih akan terasa. Petrokimia Gresik tetap berkomitmen untuk mendukung pemenuhan alokasi pupuk bersubsidi nasional sesuai penugasan pemerintah, sekaligus memperkuat posisi perusahaan di pasar komersil, baik domestik maupun ekspor.
“Selain penugasan pemerintah melalui pupuk bersubsidi, Petrokimia Gresik juga memperkuat penetrasi pasar pupuk komersil,” kata Dwi Satriyo.
Kekuatan Petrokimia Gresik di sektor pupuk komersil adalah kemampuan dalam memenuhi kebutuhan spesifik konsumen, baik spesifik lokasi maupun komoditi. Dwi Satriyo pun mengaku optimistis, Petrokimia Gresik mampu memperluas pangsa pasar pupuk komersil, terutama untuk jenis pupuk NPK dimana perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia, yaitu 2,7 juta ton per tahun.
Hal ini terbukti sepanjang tahun 2020 terjadi lonjakan ekspor untuk produk Urea, NPK, dan NPS bahkan menjadi capaian tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Pada Maret 2020, Petrokimia Gresik telah mencetak sejarah dengan melakukan ekspor Urea sebanyak 33.000 ton ke Meksiko.
“Tentu menjadi hal yang sangat membanggakan karena kita dapat melakukan ekspansi diluar pasar Asia,” ujar Dwi Satriyo.
Hingga akhir 2020, diperkirakan total volume ekspor meningkat 26 persen dari total volume ekspor sepanjang tahun 2019. Penjualan sektor retail juga tidak kalah membanggakan, penjualan Phonska Plus diperkirakan mencapai 114.559 ton.
Tidak hanya produk pupuk, Petrokimia Gresik juga memiliki rangkaian produk lainnya seperti benih, pembenah tanah, dekomposer, probiotik, serta didukung anak perusahaan (Petrosida Gresik dan Petrokimia Kayaku) yang memiliki kompetensi dalam pengendalian hama.
“Sehingga pengawalan Petrokimia Gresik sangat lengkap, sesuai dengan asanya untuk menjadi solusi bagi sektor agroindustri,” ujarnya.
Lebih lanjut, padq 2021, ada tiga poin strategis yang Dwi Satriyo sampaikan. Pertama, Pupuk Indonesia akan memproduksi jenis pupuk Phonska bersubsidi dengan formula baru 15-10-12 yang akan menggantikan Phonska bersubsidi formula 15-15-15. Ini merupakan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan efisiensi pupuk bagi pertanian. Petrokimia Gresik berkomitmen bahwa perubahan tidak akan mengurangi kualitas pupuk bersubsidi.
Kedua, Petrokimia Gresik mulai memberikan pendekatan berbeda untuk pola pemupukan berimbang, yaitu mengubah pupuk NPK Phonska menjadi NPK Phonska Plus. Sehingga pola pemupukan berimbang 5:3:2 akan menjadi Petroganik (500kg), NPK Phonska Plus (300kg), dan Urea (200kg) untuk setiap hektar sawah.
Ketiga, Pemerintah berencana akan menambah jenis pupuk bersubsidi tahun 2021 yakni pupuk organik cair dengan nama Phonska Oca. Pupuk ini merupakan produk inovasi dari Petrokimia Gresik yang merupakan gabungan antara pupuk majemuk NPK dan pupuk organik dalam bentuk cair, dengan kandungan C-Organik minimal 6 persen, unsur hara makro Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), dan diperkaya unsur mikro serta mikroba yang sangat bermanfaat untuk tanaman.
Dengan demikian, Phonska OCA dapat menjadi solusi praktis bagi petani. Dimana kandungan pupuk majemuk berfungsi untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan pupuk organik dapat memperbaiki kandungan hara pada tanah.
“Kami berharap pupuk-pupuk produksi Petrokimia Gresik dapat menjadi andalan petani secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani-petani serta menegaskan area Jawa-Bali sebagai sentra produksi pangan nasional,” kata dia.
Sumber Republika, edit koranbumn