PT Perusahaan Gas Negara (PGN) berencana akan membangun infarstruktur gas di enam lapangan marginal yang saat ini dikelola oleh Pertamina. Harapannya, dengan terbangunya infrastrktur gas di lapangan marginal ini, bisa meningkatkan penyerapan produksi gas.
Direktur Strategis dan Pengembangan Bisnis PGN, Syahrial Mukhtar menjelaskan, saat ini PGN sedang mengkaji enam dari 13 lapangan marginal yang akan dibangun infrastrukturnya. Enam lapangan tersebut adalah tiga lapangan di Sumatra, satu di Papua, satu di Jawa Barat, dan satu di Kalimatan.
“Nantinya kami hitung apa infarstruktur yang paling cocok dikembangkan disana. Sehingga produksi gas dari lapangan tersebut bisa terserap dengan baik,” ujar Syahrial, Ahad (6/12).
Ia menjelaskan, lapangan marginal ini merupakan lapangan yang dikelola oleh Pertamina tapi produksinya kecil dan jangka waktu produksinya tidak lama. Lokasi dari lapangan ini juga jauh dari infrastruktur gas yang ada, sehingga pemanfaatan gasnya tidak maksimal dan harganya menjadi mahal.
PGN akan membangun infrastruktur di lapangan tersebut agar gasnya bisa diserap dan disuplai ke pelanggan PGN. Infrastrukturnya bisa dalam bentuk membangun pipa ke pipa gas terdekat atau membangun infrastruktur CNG atau membangun mini LNG liquifaction plant.
“Kami akan lihat mana yang paling memungkinkan dan ekonomis,” ujar Syahrial.
Ia merinci, untuk harga gas yang diproduksi dari lapangan marginal ini berkisar antara lima dolar AS higga enam dolar AS per bbtud. Hanya saja, nantinya harga ini belum ditambah biaya infrastruktur yang akan dibangun. Namun ia memperkirakan tambahan biaya sekitar dua dolar AS per bbtud.
“Ini memang dilakukan sebagai salah satu bentuk sinergi. Kami di subholding gas Pertamina sebagai problem solver dari lapangan marginal ini. Sehingga produksi gas bisa tetap diserap,” ujar Syahrial.
Pasar sendiri bukan persoalan, kata Syahrial. Karena selama ini pasar PGN sudah besar dan ini bisa menjadi peta pasokan gas tambahan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Karena infrastruktur terintegrasi, permintaan juga punya masif, 88-93 persen industri itu pasarnya kami,” ujar Syahrial.
Sumber Republika, edit koranbumn