PT PLN (Persero) memetakan terdapat 436 megawatt (MW) potensi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang bisa dikembangkan di lahan bekas tambang.
Executive Vice President Divisi Energi Baru dan Terbarukan PLN Cita Dewi mengatakan bahwa dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru dialokasikan rencana penambahan kapasitas PLTS hingga 1,4 gigawatt (GW).
“Dari draf RUPTL ke depan, alokasi untuk pembangkit surya itu hampir mencapai sekitar 1,4 GW. Tapi ini bertahap, kami sesuaikan dengan kebutuhan sistem per tahun,” ujar Cita dalam sebuah webinar, Jumat (27/11/2020).
Dari jumlah alokasi tersebut, terdapat potensi pengembangan PLTS hingga 436 MW di lahan-lahan bekas tambang yang tersebar di Sumatra dan Kalimatan. Perinciannya antara lain, sebanyak 38 lokasi di Kalimantan Timur dengan total kapasitas 346 MW, satu lokasi di Kalimantan Selatan sebesar 12,48 MW, satu lokasi di Sumatra Barat dengan total kapasitas 27 MW, dan satu lokasi Sumatra Selatan sebesar 50 MW.
Namun demikian, imbuh Cita, potensi pengembangan PLTS tersebut masih dalam tahap kajian.
“Masih dalam tahap kajian dari sisi PLN karena tidak semua lahan bekas tambang tersebut ternyata belum dialihkan kepemilikannya dan masih dimanfaatkan. Tapi saya melihat diskusi di luar ternyata sudah banyak pihak-pihak yang sudah mulai berkoordinasi dengan pemilik tambang, ini akan bantu proses,” katanya.
Menurutnya, pemanfaatan lahan bekas tambang akan semakin memudahkan pengembangan PLTS dengan mengurangi risiko dari sisi penyiapan lahan. Pasalnya, kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi surya selama ini umumnya terkait dengan akuisisi lahan.
Di sisi lain, Cita memaparkan bahwa kendala lain pengembangan PLTS terkait intermitensi, perlahan telah mulai dapat dikendalikan oleh perseroan.
Perseroan juga melihat bahwa saat ini harga listrik dari PLTS semakin turun. Cita berharap ke depan harga listrik PLTS semakin kompetitif sehingga perseroan dan negara tidak terbebani.
“Sangat senang sekali bila nanti pengembangan solar PV di Indonesia semakin menarik. Ini harapan PLN dan tentunya kami juga welcome,” kata Cita.
Sementara itu, PT Adaro Power menjadi salah satu perusahaan tambang yang mulai melirik pemanfaatan PLTS di area tambangnya.
Wakil Presiden Direktur Adaro Power Dharma Djojonegoro mengatakan bahwa saat ini Adaro telah mengoperasikan PLTS atap dengan kapasitas 130 kWp di Kelanis dan tengah mengembangkan PLTS terapung sebesar 467 kWp di area yang sama.
Namun, pemanfaatan PLTS tersebut masih terbatas untuk kebutuhan internal perseroan. Ke depan, Adaro Power juga berniat untuk mengembangkan PLTS skala utilitas.
“Kami sudah siapkan tanah, sudah siapkan studi untuk bangun utility scale solar panel. Kami mau bangun 10 MW atau 20 MW. Mimpi kami maunya bangun juga utility scale sebagai IPP, jual ke PLN,” kata Dharma.
Sumber Bisnis, edit koranbumn