Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin memanfaatkan momentum penurunan jumlah wisatawan saat pandemi untuk memperbaiki dan menata sektor pariwisata dan juga penerbangan. Sebab, berdasarkan rilis dari BPS, pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua jatuh di angka minus 5,32 persen.
Sektor yang paling terdampak dan terkontraksi sangat dalam yakni sektor pariwisata dan sektor penerbangan. Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas penggabungan BUMN sektor aviasi dan pariwisata di Istana Merdeka, Kamis (6/8).
“Menurut saya penurunan ini justru menjadi momentum kita untuk konsolidasi, untuk transformasi di bidang pariwisata dan juga di bidang penerbangan, melalui penataan yang lebih baik mengenai rute penerbangan, penentuan hub, penentuan super hub, dan juga kemungkinan penggabungan BUMN dan pariwisata sehingga arahnya menjadi semakin keliatan,” jelas dia.
Jokowi mengatakan, pada triwulan kedua 2020, wisatawan mancanegara yang melakukan kunjungan ke Indonesia hanya sebanyak 482 ribu orang. Jumlah ini turun tajam hingga 81% untuk periode quarter to quarter dan turun 87 persen untuk periode year on year.
“Artinya memang turunnya terkontraksi sangat dalam,” tambahnya.
Melalui penataan dan perbaikan di sektor penerbangan dan pariwisata ini diharapkan mampu menciptakan pondasi ekonomi yang lebih kokoh di sektor pariwisata dan transportasi. Jokowi pun meminta agar dilakukan sebuah lompatan dalam pengelolaan sistem pariwisata dan pendukungnya, termasuk sektor penerbangan.
Selain itu, manajemen di sektor pariwisata dan pendukungnya pun harus terintegrasi dan terkonsolidasi. Mulai dari manajemen airline, manajemen bandara, manajemen layanan penerbangan yang tersambung dengan manajemen destinasi, manajemen hotel, dan perjalanan, hingga manajemen produk-produk lokal dan industri kreatif.
“Betul-betul harus didesign dengan manajemen yang lebih terintegrasi, lebih terkonsolidasi dari hulu sampai hilir. Ini yang tidak pernah dilakukan,” ujar Jokowi.