PT Waskita Karya (Persero) Tbk. tengah menghitung ulang potensi kontrak dari pemerintah sehubungan dengan adanya relokasi anggaran di sejumlah kementerian akibat dampak penyebaran penyebaran virus corona atau Covid-19.
Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan mengatakan pihaknya memproyeksi ada penurunan pendapatan pada tahun ini jika wabah Covid-19 terus berlangsung. Padahal, pada tahun lalu perseroan juga menghadapi periode sulit dengan pendapatan dan laba bersih yang menurun.
“Kemungkinan proyeksi pendapatan turun kalau Covid-19 ini tidak rampung-rampung,” ujar kepada Bisnis, Kamis (16/4/2020).
Dia mengatakan pandemi juga membuat perseroan harus menghitung ulang kembali potensi kontrak pada tahun ini, khususnya kontrak dari pemerintah. Hal ini terkait relokasi anggaran yang dilakukan pemerintah untuk belanja infrastruktur.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mulanya menetapkan alokasi anggaran untuk tahun ini sebesar Rp120 triliun. Dengan adanya wabah virus corona, Kementerian PUPR merelokasi anggaran senilai Rp36,19 triliun.
Relokasi anggaran ini membuat adanya sejumlah paket proyek pembangunan infrastruktur yang diubah dari kontrak single year menjadi multi years atau kontrak tahun jamak. Proses tender tetap dilakukan tahun ini, namun pelaksanaannya akan diundur ke tahun depan.
Menurut Haris, relokasi anggaran dan perubahan skema kontrak dari pemerintah dapat memengaruhi proyeksi kontrak dan pendapatan perseroan. Terlebih, jika direlokasi dilakukan terhadap proyek bernilai besar di atas Rp100 miliar yang bisa diikuti Waskita Karya sebagai peserta tender.
“Nah, kami belum tahu proyek mana saja yang direlokasi. Kalau ternyata proyek-proyek yang nilainya besar, tentu akan berpengaruh, terutama kalau ternyata proyek-proyek itu yang memang menjadi target kami di tahun ini,” jelasnya.
Dia menuturkan, tahun ini perseroan menyasar kontrak dari pemerintah sebesar Rp17,4 triliun. Jumlah ini setara dengan sekitar 36 persen dari total target kontrak baru pada tahun ini di kisaran Rp50 triliun. Perseroan juga masih memiliki kontrak bawaan atau carry over dari tahun lalu sekitar Rp54 triliun.
Dari sisi top line, perseroan menargetkan dapat membukukan pendapatan sekitar Rp54 triliun. Pada 2019, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp31,87 triliun, turun 35,67 persen. Adapun, laba bersih perseroan pada tahun lalu menyusut cukup signifikan ke Rp938,14 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn