Rencana PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk untuk mengakuisisi PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) diproyeksi dapat menjadi katalis terhadap laju saham emiten BUMN itu.
Berdasarkan data Bloomberg, emiten berkode saham BBRI itu mengalami apresiasi 17,56 persen month to date ke level Rp3.950 pada akhir perdagangan Kamis (12/11/2020). Namun, sepanjang tahun berjalan 2020, BBRI masih terkoreksi 10,23 persen.
Alfred Nainggolan, Kepala Riset Praus Capital, menilai kinerja saham bank di Bursa Efek Indonesia banyak dipengaruhi oleh faktor pasar yaitu momentum penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam 1-2 bulan terakhir.
“Rencana BBRI mengakuisisi Pegadaian dan PMN bisa jadi katalis positif, tetapi saat ini sentimen itu belum sepenuhnya terserap pasar karena mekanismenya belum clear,” ujar Alfred
Rencana aksi korporasi anorganik itu, lanjutnya, bernada positif karena dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi BBRI, baik dari sisi pendapatan, laba, dan aset. Pasalnya, baik Pegadaian maupun PMN dinilai memiliki model bisnis yang sudah teruji dan tumbuh cukup positif.
“Konsolidasi ini mengarah ke efisiensi dan sinergi. Buah yang mau dihasilkan tentu positif. Karena dari sisi bisnis tidak terlalu berbeda, penyaluran dana BBRI tidak lagi terbatas ke existing,” imbuhnya.
Namun, rencana itu dinilai masih mengandung ketidakpastian karena merupakan wacana yang cukup lama bergulir dan belum juga terealisasi. Faktor yang disoroti antara lain soal valuasi dalam aksi akuisisi tersebut dan dampaknya terhadap posisi pemegang saham minoritas BBRI.
Sebelum mempertimbangkan faktor rencana akuisisi tersebut, Alfred menetapkan target harga saham BBRI di kisaran Rp4.125 – Rp4.140 per saham. Adapun pada penutupan perdagangan hari ini, saham BRI anjlok 4,13 persen kel level Rp3.950.
Sumber Bisnis, edit koranbumn