Manajemen WIKA telah menetapkan restrukturisasi lanjutan sebagai salah satu pilar transformasi pada 2026, selain asset recycling dan penguatan efisiensi. Langkah ini akan menjadi kelanjutan dari restrukturisasi awal pada 2024.
Tahun lalu, WIKA dan sejumlah lembaga keuangan telah merampungkan master restructuring agreement (MRA) dengan nilai outstanding Rp20,79 triliun.
Sementara itu, penyehatan GIAA berlanjut setelah rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) menyetujui penyertaan modal Rp23,67 triliun dari PT Danantara Asset Management melalui mekanisme private placement.
Restrukturisasi GIAA sebelumnya dilakukan pada 2022. Kala itu, utang perseroan turun US$10 miliar pada 2021 menjadi US$5 miliar, sementara ekuitas membaik dari negatif US$5,3 miliar menjadi minus US$653 juta.
Namun, manajemen Garuda menyatakan bahwa belum terealisasinya rights issue tahap kedua menjadi salah satu hambatan transformasi perseroan.
Pemerhati BUMN dan Direktur NEXT Indonesia Center, Herry Gunawan, menilai rencana restrukturisasi kedua WIKA dan GIAA memperlihatkan bahwa langkah penyelamatan tahap pertama belum dapat menyentuh akar masalah.
Pada WIKA, meski kesepakatan MRA telah disetujui kreditur, kinerja keuangan justru melemah. Kinerja pendapatan yang menurun membuat perseroan tidak mampu memenuhi kewajiban, sehingga dibutuhkan restrukturisasi lanjutan.
“Selain ekuitasnya negatif, arus kas operasi WIKA juga defisit. Perusahaan ini membutuhkan suntikan modal serta restrukturisasi besar-besaran terhadap entitas usaha di bawahnya yang jumlahnya terlalu banyak dan menjadi beban tambahan,” pungkas Herry saat dihubungi Bisnis, Rabu (12/11/2025).
Sementara itu, kondisi serupa juga dialami Garuda Indonesia. Herry menilai restrukturisasi pertama maskapai nasional tersebut hanya memperpanjang tenor pembayaran kewajiban tanpa menyelesaikan permasalahan utama.
Dia menjelaskan beban keuangan GIAA masih sangat berat, baik dari sisi pinjaman, sewa pesawat, maupun biaya perawatan dan pengembalian pesawat.
“Akibatnya, walaupun secara operasional Garuda mencatatkan keuntungan, beban keuangan yang besar membuat kinerja keuangannya tetap rugi,” ujarnya.
KEPERCAYAAN INVESTOR
Di sisi lain, untuk mengembalikan kepercayaan investor, Herry menekankan perlunya restrukturisasi menyeluruh yang mencakup dua aspek utama, yakni keuangan dan model bisnis. Restrukturisasi, katanya, harus mampu meyakinkan investor bahwa beban utama perusahaan dapat terselesaikan.
Restrukturisasi model bisnis juga penting dilakukan agar perusahaan lebih fokus pada inti usaha. WIKA, semisal, memiliki hampir 30 entitas anak dan asosiasi dengan bisnis yang beragam, sedangkan Garuda memiliki sekitar 20 unit bisnis.
“Model bisnis yang tidak fokus pada core business perlu direstrukturisasi. Keduanya perlu turn-around dengan kembali ke bisnis inti,” ucapnya.
Senada, Associate Director BUMN Research Group FEB UI, Toto Pranoto, memandang bahwa restrukturisasi lanjutan mencerminkan bahwa persoalan fundamental di WIKA dan GIAA belum terselesaikan.
Menurut Toto, tekanan keuangan yang bersumber dari lemahnya kinerja bisnis menjadi penyebab utama. Dia pun melihat langkah Danantara untuk menambah modal jumbo di Garuda merupakan aksi korporasi positif yang menunjukkan komitmen pemegang saham dalam memperbaiki kinerja fundamental.
“Langkah ini bisa menjadi sentimen positif di Bursa Efek Indonesia bahwa pemegang saham sudah ambil langkah proaktif untuk memperbaiki kinerja fundamental BUMN tersebut,” ucap Toto kepada Bisnis.
Di sisi lain, Direktur Keuangan WIKA Sumadi menuturkan bahwa perseroan masih mengkaji opsi restrukturisasi yang paling sesuai dengan kondisi saat ini. Salah satunya adalah menerapkan skema MRA dengan perbankan.
Dia menyebut koordinasi dan konsultasi dengan Danantara juga terus berjalan untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi kondisi keuangan saat ini.
“Kami setidaknya mengkaji apakah kami akan melakukan restrukturisasi yang seperti apa ya. Namun memang ada potensi dengan kondisi yang ada sekarang WIKA akan melakukan MRA lagi dengan perbankan,” tutur Sumadi.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny Kairupan, juga menyatakan bahwa persetujuan pemegang saham terhadap penyertaan modal Danantara menjadi momentum penting dalam perjalanan pemulihan perseroan.
“Dukungan dari DAM sebagai bagian dari inisiatif pemerintah mencerminkan kepercayaan terhadap arah strategis dan visi jangka panjang kami dalam mewujudkan maskapai nasional yang sehat, tangguh, dan berkelas dunia.”
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Sumber Bisnis, edit koranbumn













