PT Indonesia Asahan Aluminiun (Inalum) telah mendapatkan pinjaman sindikasi untuk divestasi 51% saham PT Freeport Indonesia(PTFI). Pinjaman itu diharapkan bisa cair tahun ini.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengungkapkan, pinjaman sindikasi untuk Inalum tersebut hanya tinggal menunggu financial closing. Besarannya sekitar US$ 4-5 miliar atau Rp 72,5 triliun (kurs Rp 14.500).
“Tahun ini tinggal dia (Dirut Inalum) untuk Freeport. Totalnya sekitar US$ 4-5 miliar semuanya dari off shore,” ujarnya di Energy Building, SCBD, Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Ketika dikonfirmasi di tempat yang sama ke Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, ia masih merahasiakan sumber pinjaman tersebut. Namun dia memastikan tahun ini pembiayaan tersebut akan selesai.
“Kita masih cari alternatif yang penting kan uangnya ada. Nanti dalam bentuk instrumen apa kita cari yang paling menguntungkan,” tambahnya
Sebelumnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan juga mengatakan soal pendanaan proses akuisisi PTFI sudah dipenuhi oleh PT Inalum. Menurut Jonan, modal Inalum sudah didapatkan dari pinjaman perbankan luar negeri.
“Sudah, pinjaman dapat dari luar negeri,” kata Jonan di Komplek Istana, Jakarta, Selasa (4/9/2018).
Setidaknya belakangan ini ada 11 bank berkomitmen memberikan dana pinjaman kepada Inalum untuk mengakuisisi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Pihak Inalum optimistis akan mendapat pinjaman dari bank sehingga kepemilikan Inalum atas Freeport menjadi 51%.
Untuk menguasai 51% saham PTFI, Inalum sebagai induk holding BUMN pertambangan harus mengeluarkan dana US$ 3,85 miliar. Di mana, dana tersebut untuk membeli 40% hak partisipasi Rio Tinto sebesar US$ 3,5 miliar, dan sisanya membeli saham Indocopper di PTFI sebesar US$ 350 juta.
Adapun batas waktu proses pembayaran selama dua bukan pasca penandatangan Head of Agreement (HoA) yang telah disepakati antara Inalum dengan Freeport McMoran
Sumber detik.com