PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan energi nasional terus mendorong program transisi energi yang saat ini telah menjadi isu global. Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peranan penting dalam aspek pengembangan energi hijau dan pengurangan emisi. Tentunya upaya Pertamina tersebut tidak dapat dilakukan sendiri, dibutuhkan kerjasama dengan banyak pihak salah satunya perusahaan swasta nasional.
Langkah Pertamina membuka pintu kerjasama dengan pihak swasta diungkapkan langsung oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pada Forum Sinergi BUMN-Swasta Kolaborasi untuk Pembangunan Inklusif, di Ritz Carlton Hotel, Jakarta Selatan (14/08).
Nicke menjelaskan walau bahan bakar fossil masih menjadi mayoritas dari konsumsi energi primer global di tahun 2022 namun berbagai negara sudah bergerak menuju energi hijau dan program dekarbonisasi. Indonesia kedepannya memiliki peran kunci karena luas wilayah, lokasi strategis dan sumber daya alamnya yang melimpah.
“Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar di masa depan. Salah satunya dalam aspek sumber energi baru dan terbarukan (EBT), hal ini bisa menjadi salah satu peluang kita untuk menciptakan bisnis untuk transisi energi kedepan. Salah satunya adalah Indonesia memiliki potensi 400 Giga Tons potential CCUS clusters,” jelas Nicke.
Memahami bahwa potensi tersebut harus segera ditangkap, Pertamina melakukan berbagai upaya transisi energi meliputi pengembangan Bio Energy, Geothermal, Hydrogen, EV Battery & Energy Storage System (ESS), Gasification, Nature Based Solution, Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS), dan Ammonia.
Lebih lanjut Nicke menjelaskan bahwa untuk menjalankan seluruh program tersebut maka dalam 5 tahun kedepan Pertamina menganggarkan USD 68 Milyar atau sekitar 1.000 triliun dengan komposisi sekitar 43,8% untuk Fossil Fuel, 41,7% untuk Petrochemical dan 14,5% untuk Green Business.
“Dari semua hal ini, kami, Pertamina terbuka untuk bekerjasama dari sisi investasi dengan pihak swasta. Belum lagi jika kita bicara dari segi posisi sebagai supplier, kontraktor dan lainnya, sehingga potensinya sangat besar. Hal ini sejalan dengan tujuan kami BUMN, sebagai lokomotif Industri nasional, dan pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkas Nicke.
Nicke meyakini bahwa kolaborasi merupakan kunci transisi energi menuju energi hijau. Hingga saat ini Pertamina juga telah menjalin kemitraan dalam transisi energi dan dekarbonisasi untuk EV Ecosystem, Nature Based Solution, dan Green Industrial Cluster.
“Sinergi BUMN dengan swasta dalam negeri juga mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan 5.600 partisipasi vendor atau manufaktur lokal, 82.000 orang tenaga kerja dan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN sebesar 60,6%,” tambah Nicke.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Sumber Pertamina, edit koranbumn