Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target produksi dan lifting di tahun ini.
Berkaca dari kondisi tahun lalu, sejumlah faktor disinyalir jadi penyebab tak tercapainya target lifting. Mulai dari entry level produksi awal tahun 2021 yang rendah akibat dampak berkelanjutan pandemi covid-19 di 2020 hingga terjadinya unplanned shutdown serta terlambat beroperasinya sejumlah proyek migas.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengungkapkan, sejumlah tindakan bakal dilakukan pada tahun ini.
Salah satunya melalui pengeboran yang lebih masif untuk tahun ini. Merujuk paparan SKK Migas, untuk pengeboran eksplorasi akan mencapai 42 sumur atau meningkat dari capaian tahun 2021 yang sebanyak 28 sumur.
Selain itu, pengeboran sumur pengembangan bakal meningkat signifikan menjadi 790 sumur dari realisasi 2021 yang sebanyak 480 sumur.
Kemudian, untuk sumur kerja ulang (workover) akan mencapai 581 sumur dari capaian thaun lalu sebanyak 566 sumur. Peningkatan kinerja juga dilakukan melalui kegiatan well service dari 22.790 kegiatan pada tahun lalu menjadi 29.582 kegiatan di tahun ini.
“Selain pengeboran yang masif ya tentu saja ketepatan waktu proyek yang onstream. Kalau bisa dipercepat (tentu) bisa menambah volume produksi,” jelas Julius kepada Kontan.co.id, Minggu (23/1).
Sekadar informasi, pada tahun ini SKK Migas menargetkan ada tambahan 12 proyek migas yang bakal onstream. kehadiran 12 proyek migas ini bakal mendongkrak produksi minyak sebesar 19.000 barel oil per day (bopd) dan gas sebesar 567 MMSCFD. Adapun, nilai investasinya mencapai US$ 1,35 miliar.
Julius mengungkapkan, saat ini produksi dari sejumlah kontributor utama masih akan terus didorong untuk menjaga tingkatan produksi dan tercapainya target nasional.
Apalagi, pada tahun lalu terjadi unplanned shutdown pada sejumlah lapangan yang membuat target produksi dan lifting terganggu.
“Harus menjaga fasilitas produksi supaya uptimenya tinggi, tidak sering mengalami shutdown. Kita akan audit maintenance ke para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS),” kata Julius.
Audit ini pun dipastikan bakal jadi salah satu program rutin oleh SKK Migas untuk tahun ini.
Selain itu, untuk tahun ini SKK Migas menargetkan adanya peningkatan dari sisi investasi hulu migas. Investasi tahu ini diharapkan bisa mencapai US$ 13,2 miliar atau meningkat dari tahun lalu yang sebesar US$ 10,7 miliar.
Demi mencapai target, SKK Migas pun siap bersaing untuk menjaring investor besar agar mau menanamkan investasinya di Indonesia.
Sebelumnya, Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara mengungkapkan, saat ini Indonesia bersaing dengan negara-negara lain dalam menarik minat investasi dari para investor besar.
Menurutnya, saat ini hulu migas membutuhkan pembenahan dari sisi fiskal dan nonfiskal. Selain itu, perlu ada perbaikan untuk proses perizinan.
Kendati demikian, Benny memastikan, pihaknya juga telah melakukan identifikasi awal ke sejumlah negara.
“Ada yang sudah kita identifikasi, dari Timur Tengah, Eropa, Amerika Latin dan Afrika tapi kami tentu perlu support juga dari perbaikan daya tarik ini supaya lebih mudah menarik investor kakap ini,” kata Benny, belum lama ini.
Sumber Kontan, edit koranbumn