PT Pertamina (Persero) membutuhkan pendanaan investasi sekitar US$40 miliar dari sumber eksternal untuk pengembangan bisnisnya hingga 2024.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa nilai tersebut merupakan bagian dari rencana investasi perseroan yang nilainya mencapai US$92 miliar sepanjang 2020—2024.
“Dalam melakukan pengembangan bisnis ke depan ini [kami] memerlukan dana yang tidak kecil. Sepanjang 2020—2024, investasi Pertamina yang direncanakan adalah US$92 miliar total value-nya, di mana direncanakan minimal US$40 miliar ini harus dari external sources,” ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, Kamis (20/5/2021).
Dia menuturkan, kebutuhan pendanaan tersebut rencananya dicari melalui berbagai sumber, mulai dari penerbitan surat utang, pinjaman, hingga kemitraan dengan berbagai pihak.
Tak menutup kemungkinan pula, kata Nicke, kebutuhan pendanaan tersebut akan dipenuhi dari initial public offering (IPO) anak perusahaannya.
“IPO ini hanya salah satu cara saja. Bisa juga IPO, bisa juga divestasi jenis lain, bisa strategic partnership, dan sebagainya. Kami buka ruang untuk itu,” katanya.
Rencana investasi tersebut merupakan bagian dari ambisi Pertamina untuk meningkatkan nilai pasarnya dari sekitar US$58 miliar saat ini menjadi US$100 miliar.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menyampaikan bahwa perseroan tengah mengerjakan 14 proyek strategis nasional, mulai dari hulu hingga ke hilir, seperti proyek kilang, gas atau energi bersih dan terbarukan.
Dia menuturkan, hingga 2024, investasi di sektor hulu migas diperkirakan membutuhkan anggaran belanja modal senilai US$64 miliar. Kemudian, sektor hilir untuk pembangunan kilang baru dan juga peningkatan kilang yang sudah ada membutuhkan anggaran US$20 miliar.
Sementara itu, investasi di sektor gas, pembangkit, energi baru dan terbarukan diperkirakan membutuhkan anggaran senilai US$8 miliar.
Sumber Bisnis, edit koranbumn