PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kinerja yang kurang cemerlang di tahun lalu. Emiten plat merah ini mencetak rugi bersih sebesar Rp 611,28 miliar sepanjang 2019.
Tak hanya itu, TINS juga disorot lantaran memiliki utang yang akan jatuh tempo tahun ini. Total jumlahnya cukup jumbo, yakni mencapai Rp 8,79 triliun. Namun, manajemen TINS mengklaim bahwa utang jatuh tempo tersebut masih terkendali.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Abdullah Umar menyebut, utang dari perbankan itu digunakan sebagai biaya ekspansi dan operasional. Oleh sebab itu, pihaknya melakukan pengelolaan fasilitas utang dengan mempertimbangkan rencana kerja dan posisi cash flow agar tetap terjaga di level yang aman.
Abdullah bilang, posisi utang jangka pendek sebesar Rp 8,79 triliun di laporan 2019 itu kini sudah berkurang. Ia menerangkan, dalam periode kuartal I ini, TINS telah mengurangi beban utang lebih dari Rp 2 triliun.
“Kita sudah berhasil menurunkan utang bank saat ini menjadi sekitar Rp 6,5 triliun. Perusahaan tetap komitmen memenuhi semua tanggung jawab sehingga bank kreditur tetap memberikan kepercayaan,” ungkap Abdullah
Menurutnya, pengurangan tersebut dapat dilakukan karena TINS telah berupaya menjaga cashflow agar tetap positif dengan pengaturan produksi dan penjualan, efisiensi biaya operasional serta efisiensi di beberapa lini bisnis.
Sementara untuk sisa utang jangka pendek yang sekitar Rp 6,5 triliun tersebut, Abdullah menyebut bahwa pembayarannya akan mencermati kondisi cash flow yang TINS miliki.
Namun, bukan tak mungkin tempo pembayarannya akan diperpanjang sesuai tenggat periodenya, bahkan bisa saja TINS akan kembali menarik fasilitas utang yang masih bisa terpakai.
“Targetnya kita kurangi utang supaya beban bunganya turun. Begitu cash flow kiat positif, kita lunasi. Kita butuh, kita bisa ambil lagi, yang penting adalah pengelolaannya,” ujar Abdullah.
Membidik laba
Yang jelas, Abdullah menyebut, TINS membidik capaian yang lebih positif di tahun ini. Bahkan ia bilang, dalam rencana kerjanya TINS menargetkan bisa membukukan laba di tahun ini. Namun, target tersebut bisa jadi bakal direvisi seiring dengan adanya pandemi corona yang berdampak terhadap pelemahan pasar dan harga logam timah dunia.
Namun, Abdullah masih yakin TINS bisa mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik dibanding tahun lalu. “Kita target bisa laba. Tapi bisa jadi dikoreksi karena kondisi covid-19 seperti sekarang. Namun kita masih optimistis bisa kita capai kinerja yang positif,” ujarnya.
Abdullah menjelaskan, kendati target pendapatan masih berkisar di angka capaian tahun lalu, namun net profit margin TINS akan membaik. Ia yakin hal itu bisa diraih seiring dengan perbaikan manajerial dan efisiensi di setiap lini bisnis. Termasuk dari sisi biaya produksi, bahan baku, dan biaya perawatan.
“Juga optimalisasi alat-alat produksi, serta menjaga kinerja produksi dan penjualan agar cashflow dan margin tetap optimal,” sebut Abdullah.
Untuk itu, pada tahun ini TINS masih menjaga tingkat produksi timah di kisaran 60.000-70.000 ton. Abdullah bilang, tingkat produksi akan dijaga untuk mengatur beban produksi maupun biaya kompensasi kepada mitra. “Produksi kita maintain, penjualan kita optimalkan, mungkin bisa lebih tinggi 5%-10%,” tandasnya.
Sumber kontan, edit koranbumn