PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel menyiapkan amunisi belanja modal sebesar Rp9,9 triliun pada 2022.
Direktur Investasi Dayamitra Telekomunikasi Hendra Purnama mengatakan perseroan berencana menggelontorkan belanja modal hingga Rp9,9 triliun.
Jumlah itu tiga kali di atas para kompetitor seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR). “Benar belanja modal kami tahun ini dianggarkan sebesar Rp9,9 triliun,” kata Hendra kepada Bisnis belum lama ini.
Hendra mengatakan seluruh belanja modal tahun ini berasal dari dana hasil penawaran umum tahun lalu. Sebagai informasi, perseroan mengantongi dana segar Rp18,8 triliun. Menurutnya dana tersebut akan difokuskan untuk belanja-belanja modal perseroan.
Dari dana Rp9,9 triliun, MTEL mengalokasikan dana sebesar 40 persen atau setara Rp3,96 triliun untuk pembangunan organik. Lalu sebesar Rp4,95 triliun untuk melakukan akuisisi atau pembangunan inorganik. Terakhir, sebesar Rp0,99 triliun untuk belanja lain-lainnya.
Hendra mengungkapkan perseroan akan memperluas cakupan di Jawa dan Luar Jawa. “Kami akan mix antara keduanya, karena pembangunan di luar jawa itu bisa meningkatkan cakupan sedangkan di Jawa bisa memperkuat ataupun pengembangan infrastruktur penunjang lain,” katanya.
Dari belanja modal tersebut, perseroan optimistis kinerja fundamental mampu tumbuh. Direktur Financial & Management Risk Ian Sigit Kurniawan mengatakan perseroan memperkirakan pendapatan tahun ini akan jauh lebih baik dibandingkan dengan perolehan 2021. Menurutnya ada banyak katalis positif yang mampu mengerek kinerja cucu BUMN itu.
“Tahun ini pendapatan, kami targetkan Rp7,4 triliun dengan laba Rp1,6 triliun, tetapi target ini sangat dinamis. Sebab kami ada pertumbuhan organik dan inorganik, kami akan usahakan yang terbaik,” katanya.
Perseroan juga membuka opsi penyewaan menara bekas Telkomsel sebanyak 10.000 unit. Adapun menara itu sebelumnya tidak boleh disewakan ke operator lain sebelum akuisisi.
Analis Henan Putihrai Steven Gunawan merekomendasikan beli bagi MTEL dengan target harga Rp950. Menurutnya perseroan mempunyai ruang pertumbuhan yang besar. Terutama dengan portofolio menara yang mayoritas berada di luar Jawa.
Steven mengungkapkan beberapa katalis positif perseroan tahun ini. Pertama, proyeksi permintaan infrastruktur telekomunikasi yang lebih tinggi di wilayah luar Jawa. Kedua, keberlanjutan yang diharapkan dari ekspansi Telkomsel dan EXCL sebagai pelanggan kunci MTEL.
Ketiga, potensi peningkatan kontrak lama maupun kontrak baru dari Indosat, yang merupakan operator telekomunikasi terbesar kedua di negara ini. Keempat, modal yang cukup banyak setelah IPO Mitratel yang sukses dengan dana Rp18,8 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn