Subholding Pertamina Power and New Renewable Energy (NRE), PT Pertamina Power Indonesia, menargetkan pengembangan portofolio energi hijau Pertamina sebesar 17 persen pada 2030.
Pasca penandatanganan dokumen legal end-state di Agustus 2021, Pertamina secara resmi menyelesaikan proses transformasi. Salah satunya, Pertamina membentuk Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) dengan mengusung PT Pertamina Power Indonesia atau dikenal dengan Pertamina NRE.
Chief Executive Office Pertamina NRE Dannif Danusaputro menerangkan pembentukan subholding ini merupakan penegasan atas komitmen Pertamina untuk mewujudkan transisi energi dan menjadi ujung tombak pengembangan energi hijau di Indonesia.
Hal ini sekaligus upaya meraih posisi sebagai salah satu pemain utama energi hijau di tingkat global.
“Kami juga difokuskan untuk melakukan transisi energi di halaman sendiri yakni di lokasi-lokasi operasi milik Pertamina Group melalui inisiatif dekarbonisasi dan efisiensi dengan menyediakan energi hijau,” katanya dalam keterangan pers, Rabu (9/3/2022).
Lebih lanjut, Pertamina menargetkan 17 persen energi bersih dalam portofolio bisnis pada 2030. Melalui Pertamina NRE, telah ditetapkan target kapasitas energi bersih sebesar 10 GW pada 2026.
Jumlah itu meliputi 5 GW pembangkit gas, 4 GW energi terbarukan (di dalamnya termasuk panas bumi), serta 1 GW energi baru seperti green hydrogen, electric vehicle, nature climate solution, dan lainnya.
“Mayoritas portofolio hijau tersebut berada dalam pengelolaan Pertamina NRE beserta anak-anak usaha dan afiliasinya. Semua target yang dicanangkan akan dicapai dengan kolaborasi, baik dengan internal Pertamina Group maupun perusahaan lainnya yang memiliki visi selaras,” jelas Dannif.
Adapun, pencapaian target-target tersebut akan dilakukan oleh Pertamina NRE melalui anak usaha dan afiliasi.
Seperti halnya pengembangan panas bumi, green hydrogen dilakukan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang sudah memiliki kapasitas terpasang 672 MW own operation. Untuk pengembangan gas to power dilakukan oleh PT Jawa Satu Power dan PT Jawa Satu Regas contohnya proyek Jawa-1 dengan kapasitas 1,8 GW.
Sedangkan untuk pemenuhan target EV Ecosystem, Pertamina melalui Pertamina NRE bersama holding perusahaan tambang pemerintah MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk., dan PT PLN (Persero) tergabung dalam Indonesia Battery Corporation (IBC).
Perusahaan ini difokuskan untuk bergerak di industri baterai dari hulu ke hilir, mulai dari penyediaan baterai untuk kendaraan listrik, stasiun pengisian listrik umum (SPLU), dan ekosistem pendukung lainnya. Kolaborasi ini diharapkan bisa mendorong transisi di sektor transportasi, dari BBM fosil ke kendaraan listrik.
Dalam rangka mewujudkan transisi energi yang dimulai dari halaman sendiri, Pertamina NRE telah melakukan kolaborasi dengan subholding lain ataupun afiliasi Pertamina lainnya untuk menyediakan sumber energi hijau. Pertamina NRE sudah mengoperasikan PLTS Badak dengan kapasitas 4 MW (2019).
Selain itu, masih ada PLTS Dumai berkapasitas 2 MW, PLTS Cilacap 1,34 MW, PLTS Atap di 141 SPBU. Di samping mengembangkan di halaman sendiri, Pertamina NRE juga mendukung program pemerintah yakni Green Industry Cluster dengan membangun PLTS di Kawasan Sei Mangkei 2 MW, PLTBg Sei Mangkei 2,4 MW, dan melakukan layanan operation and maintenance di PLTBg Kwala sawit dan Pagar Merbau 2 MW.
Bekerjasama dengan BPPT, Pertamina NRE juga sedang dalam tahap finalisasi pembangunan PLTP Binary, di Tomohon, Sulawesi Utara sebagai proyek percontohan PLTP skala kecil.
Dekarbonisasi atau emisi nol persen telah menjadi tekad banyak negara sebagai upaya memerangi pemanasan global yang semakin mengancam keberadaan bumi dan umat manusia.
Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, misalnya, menargetkan emisi nol persen pada 2050. Sedangkan, Indonesia sendiri memiliki target yang sama pada 2060.
Sebagai langkah awal, pemerintah mencanangkan target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030. Jika ada bantuan dari dunia internasional, penurunan emisi GRK bisa mencapai 41 persen pada 2030.
Pada saat yang sama, pemerintah telah mengesahkan target baru yang didominasi oleh energi hijau pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
Dalam upaya mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025, Rencana Umum Ketenagalistrikan 2019-2038 menargetkan bauran energi sebesar 28 persen pada 2038 dan 31 persen pada 2050.
Sumber Bisnis, edit koranbumn