PT Pupuk Indonesia (Persero) memprediksi kinerja laba perusahaan mencapai sekitar Rp 2,5 triliun hingga Rp 2,6 triliun karena terdampak pandemi Covid-19.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Bakir Pasaman dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (1/10) mengatakan pendapatan usaha perseroan hingga Agustus 2020 mencapai Rp 48,20 triliun, masih cukup baik jika dibandingkan dengan total pendapatan usaha pada 2019 sebesar Rp71,31 triliun.
“Memang ada kecenderungan melambat, menurun, karena harga komoditas cenderung menurun, termasuk amoniak dan urea. Namun harga penjualan tetap,” katanya.
Berdasarkan data perusahaan, laba perusahaan hingga Agustus 2020 mencapai Rp2,83 triliun. Namun Bakir mengaku kemungkinan capaian laba hingga akhir tahun tidak akan lebih baik dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp5,35 triliun. “Kalau dilihat dari laba sebelum pajak sampai Agustus memang Rp2,83 triliun. Prognosa kami, nanti tidak akan mencapai laba seperti 2019, mungkin nanti laba setelah pajak sekitar Rp2,5 triliun-Rp2,6 triliun sampai ke ujung tahun. Prognosa kami memang menurun untuk laba, namun masih positif,” katanya.
Bakir menjelaskan posisi piutang subsidi pupuk pemerintah mencapai Rp17,3 triliun. Namun ia berharap pembayaran piutang subsidi pupuk 2017-2018 sudah bisa dibayarkan awal Oktober mendatang. “Sehingga posisinya kembali ke level Rp 12 triliun yang belum terbayar oleh pemerintah,” katanya.
Dengan kondisi demikian, Bakir menuturkan kinerja keuangan perseroan memang masih cukup baik di tengah pandemi. Namun, harga komoditas yang turun memang akan cukup mengganggu kinerja keuangan perusahaan. “Artinya masih bisa menghasilkan laba, namun pendapatan akan turun karena harga komoditas turun, laba juga turun karena HPP naik, harga jual turun dan arus kas operasi akan sedikit terganggu atau menurun,” katanya.